Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-44) Jum’at, 3 April 2009 Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalaamu’alaikum Wr. Wb. TARBIYATUL-AULAAD – PENDIDIKAN ANAK (1) Secara global atau umum Pengajian PDF seri ke- 36 (Jum’at, 6 Pebruari 2009, yaitu Islam Pendidikan) telah membahasa bagaimana Islam memandang pendidikan. Pada seri ke-44 ini (dan beberapa seri berikutnya) Islam pendidikan akan dibahasa semakin detail dengan mengambil judul Tarbiyatul-aulaad (Pendidian Anak). Pembahasan tentang Tarbiyatul-aulaad akan sangat panjang, karena mencakup banyak pertanyaan, yaitu dengan kata tanya 5 W dan 1 H : • Why? Mengapa? : Sebab, Niat, Motivasi Pendidikan• What? Apa? : Tujuan, Materi Pendidikan • Who? Siapa yang Bertanggung Jawab dalam Pendidikan? • Where? Dimana? : Tempat Pendidikan • When? Kapan? : Waktu Pendidikan • How? Bagaimana? : Cara, Metode Pendidikan Dalam beberapa seri ke depan Pengajian PDF akan membahas satu-per-satu tersebut secara singkat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 1). Why: Mengapa Anak harus dididik? Pertanyaan why berkaitan dengan intention (niat), sebab, atau motivasi. Mengapa hidup? Karena apa (niat apa) kita berbuat sesuatu? Sebagaimana pertanyaan mengapa hidup, pertanyaan mengapa mata melihat, mengapa telinga mendengar, mengapa mulut berbicara dan makan-minum, mengapa otak berpikir, mengapa kaki berjalan, mengapa jantung mengurusi peredaran darah, mengapa paru-paru mengurusi sistem pernafasan , mengapa hidung membau, dan mengapa-mengapa yang lain yang positif, mempunyai jawaban yang sama yaitu because of Allah, karena memang hanya Allah yang memerintah dan mengatur semua itu. Pertanyaan “mengapa (why) anak harus dididik”? Jawabannya adalah “kita mendidik anak karena Allah”, jadi ada motivasi ilahiah. Ketika kita melakukan perbuatan apapun yang positif (tentunya) harus berniat karena Allah semata. Manusia/Anak didik karena : 1. Lahir dalam keadaan tidak tahu apa-apa/belum berilmu Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (QS. an-Nahl 16:78) 2. Membawa potensi tauhid rububiyah/keagamaan Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. al-A’raaf 7:172) 3. Ada kekhawatiran masa depan Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS an-Nisaa’ 4:9) 4. Anak adalah amanah dan cobaan Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS an-Nisaa’ 4:58) Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar QS ath-Taghabun 64:14-15) Dari Abdillah bin Amrin berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Cukup dikatakan berdosa seseorang yang mengabaikan tanggung-jawab keluarga” – kafaa bilmar-i itsman an-yudhoyyi’a man-yafuutu (HR Abu Dawud dan Nasai) 5. Ilmu menjadi bekal hidup Barang siapa yang menghendaki dunia maka baginya ada ilmunya, barang siapa menghendaki akhirat maka baginya ada ilmunya, dan barang siapa menghendaki keduanya maka baginya ada ilmunya (Hadits) ( to be continued ) |
Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN
http://muhstarvision.blogspot.com
0 comments: