•02:19
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-52)
Jum’at, 29 Mei 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


TEORI AL-QURAN - BAGAIMANA BERPIKIR?

Manusia adalah khayawanun-nathiq (mahluk yang berakal/berpikir). Al-Quran mengajarkan manusia bagaimana dan dengan apa berpikir. Beberapa metode pemikiran yang dipergunakan dalam kitab suci tersebut adalah kebenaran yang jelas, observasi manusia, pengalaman manusia, kepentingan manusia, dan kesadaran manusia.

Menurut al-Quran, pemikiran manusia harus menggunakan argumen yang berpijak pada kebenaran yang jelas. Contoh kebenaran yang jelas adalah keharmonisan, keteraturan, dan kesatuan alam semesta. Alam ini harmonis, ia terkontrol dengan hukum yang teratur, dan di dalamnya tidak ada konflik. Hal ini menunjukkan keesaan penciptaan yang merefleksikan keesaan pencipta. Jadi, Sang Pencipta adalah Allah yang Maha Esa.

"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu ? Sebenarnya mereka tidak meyakini apa yang mereka katakan" (QS. ath-Thuur 52:35-36). "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa..." (QS. al-Anbiyaa 21:22).

Al-Quran sangat mendorong manusia untuk melakukan observasi terhadap isi alam semesta. Dengan observasi manusia dituntut untuk berpikir. Artinya, manusia memikirkan apa saja yang diamati seperti proses kejadian hujan, mewabahnya kemiskinan, timbulnya kebodohan, dan sebagainya.

"Katakanlah, 'perhatikanlah apa-apa yang ada di langit dan di bumi...'" (QS. Yunus 10:101). "Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya" (QS. 'Abasa 80:24). "Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan?" (QS. al-Ghaasiyah 88:17-20).

Pengalaman manusia berhubungan dengan observasi. Dengan kata lain, apa yang diamati manusia adalah pengalaman. Pikiran manusia hendaknya memperhatikan pengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam hidupnya manusia menemui berbagai pengalaman seperti pengalaman belajar, bekerja, menikah, melahirkan anak, mengalami problem hidup, dan sebagainya.

Sehubungan dengan problem hidup, Islam memberi petunjuk bagaimana manusia memecahkan problem. Jika manusia mengalami problem hidup seperti ketakutan, kelaparan, kemiskinan, kehilangan orang yang dicintai, dan sebagainya, maka dia harus berlaku sabar. Orang yang sabar adalah orang yang jika terkena musibah maka dia meyakini bahwa sesungguhnya semua ini milik Allah dan pasti kembali kepada-Nya. Untuk lebih jelasnya, al-Quran surat al-Baqarah ayat 153 - 157 dapat dipelajari.

Pemikiran manusia perlu memperhatikan kepentingannya, apa-apa yang dibutuhkan manusia. al-Quran membimbing manusia untuk berpikir bagai¬mana memenuhi kebutuhan hidup-nya dan mencapai keinginan-keinginannya, baik material maupun spiritual. Al-Quran memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan akhirat tanpa melupakan kebutuhan di dunia (QS. 28:77). Ibadah shalat dalam Islam tidak hanya sekedar ibadah ritual tetapi juga mampu memenuhi kepentingan manusia seperti kebersihan, ketenangan, kedisiplinan, standar moral, dan shalat dapat mencegah kemungkaran manusia (QS. al-Ankabut 29:45). Dalam kaitannya dengan wudlu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia yaitu hidup bersih, Allah berfirman, "... Allah tidak hendak menyulitkan kamu tetapi Dia hendak member¬sihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur" (QS.al-Maidah 5:6).

Pemikiran memerlukan kesadaran, wawasan, dan pertimbangan manusia Al-Quran membangun kesadaran dengan memberi banyak contoh; Misalnya, menyadarkan manusia terhadap bahaya fitnah, orang yang memfitnah saudaranya seperti memakan bangkai mayat saudaranya (QS. al-Hujuraat 49:12). Manusia juga disadarkan bahwa kebenaran itu pada hakekatnya datang dari Allah yang Maha Benar (QS. al-Baqa¬rah 2:147 ; al-Imran 3:60) dan jika kebenaran itu lahir dari nafsu manusia maka hancurlah kehidupan manusia (QS. al-Mu'minuun 23:71).

Selain metode-metode di atas, al-Quran juga menawarkan metode pemikiran melalui cerita dan gambaran sejarah hidup suatu bangsa. Metode pemikiran menurut al-Quran melibatkan berbagai aspek manusia seperti pemikiran, perasaan, observasi, pengalaman, kesadaran, imajinasi, dan kepentingannya. Hal ini karena al-Quran tidak hanya bertujuan untuk meyakinkan manusia terhadap kebenaran tetapi juga membuat manusia beramal sesuai dengan kebenarann itu. Al-Quran memasukkan akal sebagai satu kesatuan kepribadian manusia.


Hambatan Pemikiran

Berpikir kreatif dalam prosesnya menemui hambatan-hambatan yang harus dihindari. Hambatan-hambatan tersebut antara lain taklid, dugaan, pemaksaan, hawa nafsu, dan sihir, Taklid ialah tindakan mengikuti sesuatu tanpa mengetahui apa yang diikuti, argumen mengapa mengikuti, dan untuk apa mengikuti. Taklid sering dilakukan terhadap nenek moyang, orang tua, adat-istiadat, dan tradisi leluhur.

Mengikuti berbagai otoritas secara membabi-buta adalah dilarang. Selama mengikuti sesuatu, seseorang harus mengilmui apa yang diikuti. Kriteria yang diikuti adalah kriteria kebenaran, bukan kriteria kerabat, ewuh-pekewuh, ABS (asal bapak senang), ataupun kriteria kepentingan sesaat.

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya" (QS. al-Israa' 17:36).

"Apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul', mereka menjawab, 'Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya'. Dan apakah mereka mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat petunjuk" (QS. al-Maaidah 5:104).

Dugaan merupakan hambatan dalam pemikiran kreatif karena dugaan melahirkan ketidak-pastian terhadap kebenaran. Dugaan ialah mempercayai ide-ide yang tidak diyakini kebenarannya sehingga masih dalam lingkaran ramalan. Islam melarang dugaan yang tidak berdasar sebagai landasan kebenaran. Islam memerintahkan manusia agar merasa yakin dengan penuh pertimbangan, terutama masalah keimanan.

"Dan kebanyakan mereka (orang-orang kafir) tidak mengikuti kecuali dugaan saja. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan" (QS. Yunus 10:36).

Pemaksaan dalam bentuk apapun, baik secara halus maupun terang-terangan, harus dibuang jauh dari pikiran manusia agar ia dapat mengapresiasikan kebenaran dengan bebas sesuai dengan fitrahnya. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 256 disebutkan bahwa dalam agama (Islam) tidak ada paksaan. Dalam hal ini agama merupakan sistem hidup yang komprehensif, yang meliputi seluruh aspek kehidupan seperti iman, akhlaq, hukum, sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan sebagainya. Oleh karena itu, kebebasan berpikir (berpendapat) sangat dijamin oleh Islam sejauh dapat dipertanggung-jawabkan.

Hawa nafsu yang seharusnya dihindari merupakan keinginan yang tidak rasional karena cenderung membutakan manusia dari kebenaran. Hawa nafsu menghambat dan bahkan merusak pemikiran kreatif. Allah berfirman, "Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka peringatan mereka tetapi mereka berpaling dari peringatan itu" (QS. al-Mu'minuun 23:71). Selain itu, Allah juga memperingatkan, "Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran" (QS. an-Nisaa' 4:135).

Praktek-praktek sihir maupun perdukunan membahayakan bagi pemikiran kreatif karena ia hanyalah takhayul, palsu, koruptif, dan tidak rasional. Sihir dan perdukunan, menurut Islam, tidak dapat dijadikan sebagai cara yang sah untuk mengetahui kebenaran dan untuk beramal menurut kebenaran. Ketika ahli sihir Fir'aun mengubah tongkat menjadi ular-ular kecil untuk mencelakakan Musa, Allah melindungi dan memenangkan Musa (lihat QS. Yunus 10:81; Thaha 20:69).


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
•11:52
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-51)
Jum’at, 22 Mei 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


STRATEGI PENGEMBANGAN READING CULTURE (4)

Mengapa Budaya Baca Rendah?

Mengapa budaya baca di masyarakat Indonesia begitu rendah? Alasan pertama adalah faktor budaya. Oral culture (budaya lisan) masih kuat berakar di bumi Indonesia. Budaya ngomong, atau juga asal ngomong, masih sering terlihat di masyarakat. Orang lebih sering ngobrol dari pada membaca. Tidak sedikit orang lebih terbiasa melempar gosip/isu atau juga ngrasani dari pada membaca. Banyak orang lebih suka mendengarkan orang "berpidato" (berceramah, bercerita, dalang wayang kulit, dsb.) dari pada membaca. Anehnya, orang yang suka dan serius membaca, misalnya di kendaraan umum, kadang dianggap sok pinter, sok ilmiah, dan sombong.

Persaingan antara buku dengan televisi adalah alasan kedua mengapa budaya baca kita rendah. Dengan banyaknya saluran TV, orang akan senang berpindah-pindah saluran untuk memilih acara terbaik yang dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. TV, video, dan film sangat menjanjikan hiburan-hiburan yang menyenangkan. Oleh karena itu, TV jauh lebih disenangi masyarakat luas dari pada buku. Orang lebih senang menonton TV dari pada membaca buku.

Alasan ketiga adalah jumlah buku yang diterbitkan tiap tahun yang relatif sedikit. Alfons Taryadi, dalam suatu makalahnya yang berjudul Indonesia Book Industry (1995), menyebutkan bahwa jumlah buku yang diterbitkan tiap tahun di Indonesia sekitar 5000 buku. Padahal di Jepang dapat mencapai 100.000 buku per-tahun atau 20 kali lipat dari pada Indonesia. Pada tahun 2000 Indonesia yang berpenduduk sekitar 203 juta hanya memproduksi 2000 judul buku per-tahun, sedangkan Malaysia yang berpenduduk hanya sekitar 21 jiwa mampu memproduksi 15.000 judul buku per-tahun. Kebanyakan buku-buku yang diterbitkan di Indonesia adalah buku-buku paket (buku pegangan pelajaran). Industri penerbitan buku di Indonesia belum dapat secara maksimal memenuhi kebutuhan materi akademis di Perguruan Tinggi. Penerbitan buku yang minim di Indonesia juga didukung dengan sedikitnya para pakar yang bersedia menulis.

Sistem pendidikan di Indonesia juga kurang mendukung reading culture yang tinggi. Metode pengajaran di kelas kurang memotivasi pelajar atau mahasiswa untuk aktif mencari buku di perpustakaan dan giat membacanya. Pelajar atau mahasiswa hanya "diceramahi", digiring untuk hanya menyimak buku paket (diktat), tetapi tidak "dipaksa" untuk melacak buku di perpustakaan dan tidak pula diberi tugas untuk membaca serta merangkum sebuah buku. Guru kadang menjadi seorang "diktator", hanya mengacu pada satu buku diktat.

Alasan lain mengapa tidak biasa membaca adalah karena motivasi berprestasi dan rasa ingin tahu (curiousity) yang rendah. Motivasi merupakan hal yang terpenting dalam budaya baca. Jika motivasi berprestasi tinggi maka usaha untuk maju akan maksimal, termasuk dalam usaha membaca. Rasa ingin tahu yang tinggi akan mendukung minat baca.

Bagaimana Mengembangkan Budaya Iqra’?

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, guru harus bertanggung jawab. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru sebagai berikut :
  1. Sediakan daftar buku bacaan yang berkaitan dengan mata pelajaran. Dalam hal ini, sebelum mengajar seorang guru harus menyiapkan buku-buku rujukan mata pelajaran yang disampaikan. Buku rujukan tersebut hendaklah mudah dicari dan bila perlu murah, sehingga dapat dijangkau anak didik.
  2. Berilah anak didik tugas-tugas membaca dan meringkas isi buku yang dibaca. Anak didik diminta mengumpulkan tugas tersebut.
  3. Beritahu perpustakaan tentang buku-buku pelajaran wajib. Oleh karena itu guru perlu menjalin kerja sama yang baik dengan perpustakaan.
  4. Berilah penghargaan pada anak didik yang rajin membaca. Penghargaan itu bisa berupa sanjungan, nilai yang baik, atau hadiah buku bacaan.
  5. Jadilah teladan bagi anak didik, termasuk dalam hal membaca. Dalam hal ini guru juga harus rajin membaca. Mereka harus rajin ke perpustakaan atau rajin membeli buku (jika uang cukup). Lebih ideal lagi jika guru mempunyai perpustakan pribadi.

Orang tua di rumah juga mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan budaya baca bagi anak-anaknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu :
  1. Menyediakan buku, majalah, atau koran di rumah sebagai sumber bacaan, bila perlu membuat perpustakaan keluarga.
  2. Menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam hal membaca. Orang tua juga dituntut untuk rajin membaca.
  3. Mengatur jadwal televisi, sehingga anak mempunyai waktu untuk membaca di rumah.
  4. Mendorong anak-anak untuk mencintai buku dan perpustakaan, yaitu dengan cara sering mengajak ke toko buku (dari pada toko mainan) atau ke perpustakaan (dari pada pusat permainan video game).

Perpustakaan sebagai information centre merupakan "panglima" dalam memberantas kemalasan membaca. Dengan kata lain, perpustakaan menjadi tonggak pokok dalam mempromosikan budaya baca. Beberapa upaya dalam pengembangan budaya baca yang harus dilakukan oleh perpustakaan, antara lain :
  1. Mempromosikan perpustakaan dan minat baca
  2. Mengadakan lomba membaca dan pameran buku
  3. Kampanye pengumpulan buku
  4. Mengorganisasi kelompok pecinta buku
  5. Penelitian minat baca masyarakat
  6. Meminta pemerintah, penerbit, dan organisasi sosial/keagamaan untuk menyumbang buku ke perpustakaan, dan sebagainya

Bagaimana mengembangkan kebiasaan membaca, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa? Jane E. Campbell, mantan Kepala Bagian Informasi dan Buku the British Council Jakarta, menjelaskan strategi untuk mengembangkan kebiasaan membaca para pelajar dan mahasiswa; Yaitu, Pertama, know your library. Pelajar dan mahasiswa perlu mengenal perpustakaan karena perpustakaan merupakan information centre, yaitu tempat menyimpan informasi, termasuk informasi tentang pelajaran/kuliah. Perpustakaan sekolah biasanya menyediakan buku-buku pelajaran, majalah-majalah ilmiah, dan surat kabar yang dapat menambah wawasan.

Kedua, locate books and journals in your field. Artinya, di perpustakaan pelajar dan mahasiswa dapat memperoleh buku atau majalah yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari. Dalam hal ini, mereka perlu mengetahui tempat buku atau majalah itu berada, dan hendaklah tempat tersebut diingat-ingat.

Ketiga, photocopying articles. Sumber informasi pelajaran yang berasal dari buku atau majalah kemudian dicatat atau difotokopi. Dalam hal ini, pilih tulisan (artikel) yang benar-benar dibutuhkan. Sumber informasi yang telah dipotokopi hendaknya terus dibaca, tidak hanya difotokopi saja.

Keempat, keep files. Bahan-bahan pelajaran yang telah diperoleh hendaklah disimpan dengan baik sebagai arsip yang kelak dapat dibaca lagi. Arsip ini dapat diklasifikasi menurut pelajaran tertentu dan disimpan pada tempat yang aman.

Kelima, read selectively. Bahan-bahan pelajaran yang telah diperoleh hendaklah dibaca secara selektif, artinya dibaca sesuai dengan kebutuhan. Jika semua tulisan dibaca maka akan memakan waktu yang lama dan mengundang kejenuhan. Dengan kata lain, semua isi buku tidak perlu dibaca tetapi sebagaian saja yang benar-benar diperlukan.

Keenam, allocate time to read regularly. Jika benar-benar ingin membangun reading culture maka pelajar dan mahasiswa harus menyisihkan waktu untuk membaca secara rutin, misalnya satu jam per-hari. Waktu terbaik yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk membaca adalah pagi setelah bangun tidur atau malam menjelang tidur.

Ketujuh, find an appropriate place to read. Pelajar dan mahasiswa perlu mencari tempat yang tepat untuk membaca yaitu tempat yang tenang dan sejuk seperti di perpustakaan atau kamar belajar. Tempat yanag tenang, sejuk, dan cukup penerangan memang mendukung kenikmatan membaca.

Kedelapan, form discussion groups. Mereka perlu juga membentuk kelompok-kelompok diskusi yang dapat memotivasi untuk memperbanyak membaca. Kelompok diskusi akan mendorong anggotanya untuk bersama-sama melacak informasi bahan diskusi. Di Indonesia terdapat kelompok Masyarakat Gemar Membaca yang diurus dari tingkat pusat sampai daerah.


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
•19:58
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-50)
Jum’at, 15 Mei 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


STRATEGI PENGEMBANGAN READING CULTURE (3)

Bagaimana Memilih Buku?

Tidak semua buku menyenangkan. Dengan kata lain, ada orang yang baru membaca judulnya saja sudah tidak tertarik. Tetapi juga ada orang yang mampu membaca berlembar-lembar bahkan berbuku-buku. Memang ada beberapa faktor penentu apakah suatu buku itu baik dan tepat atau tidak. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor usia, minat, kemampuan, bisnis, dan penampilan.

Faktor usia yang dimaksud adalah tingkat-tingkat usia; Artinya, tingkat usia akan menentukan pemilihan buku. Misalnya, anak-anak usia TK atau pra-TK (3-5 tahun) menyukai buku-buku bergambar dengan warna yang beraneka ragam. Anak-anak usia SD (6-12 tahun) menyukai buku-buku bergambar, komik anak-anak, atau buku cerita anak. Anak-anak usia SMP (13-15 tahun) menyukai buku-buku cerita petualangan. Sedangkan remaja seusia SMU atau mahasiswa (16-24 tahun) menyukai buku-buku novel percintaan. Para orang dewasa menyukai, misalnya, buku tentang perkawinan, membina keluarga, dan sebagainya.


Faktor kemampuan merupakan faktor yang menentukan apakah seseorang itu mampu membaca dan memahami isi suatu bacaan. Hal ini khususnya pada buku-buku berbahasa asing. Orang yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang lemah atau tidak mampu sama sekali, misalnya, tentu saja tidak tepat membaca buku berbahasa Inggris. Anak-anak seusia SD tentunya belum mampu menyerap buku-buku bacaan para dosen.

Faktor bisnis artinya faktor yang berhubungan dengan perdagangan buku. Dalam hal ini, penerbit maupun pengarang melihat common sense masyarakat. Maksudnya, isi buku yang dicetak merupakan minat umum masyarakat pada waktu tertentu atau dalam waktu yang lama. Contohnya, pada musim haji buku-buku tentang haji akan laku keras. Pada musim Kesatria Baja Hitam ditayangkan, anak akan menyukai buku-buku cerita atau bergambar Baja Hitam.

Faktor penampilan adalah penampilan isi dan phisik buku. Penampilan isi buku mencakup topik bahasan yang menarik, bahasa yang mudah dipahami, dan penulisan yang sesuai dengan kaidah. Penampilan phisik buku meliputi bentuk, huruf, tata letak tulisan, gambar/photo dalam buku, dan penjilidan. Jika penampilan keduanya baik, misalnya isi yang aktual dan tata letak huruf yang serasi, maka seseorang akan tertarik untuk membaca buku tersebut.


Literatur Sebagai Sumber Bacaan

Literatur adalah semua sumber informasi ilmiah yang digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar dan penelitian, seperti buku, majalah ilmiah, majalah populer, dan surat kabar. Dalam hal ini buku mencakup buku tentang disiplin ilmu tertentu dan buku referensi seperti kamus, ensiklopedi, direktori, buku subyek indeks, buku peta, skripsi, tesis, dan disertasi. Sumber informasi lain yang dapat dipakai para peneliti ialah non printed materials seperti kaset rekorder, kaset video, Compact Disc Read Only Memory (CD-ROM), Video Compatc Disc (VCD), micro film, dan sebagainya.

Buku adalah karangan seseorang atau lebih tentang suatu ilmu yang terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab biasanya berkaitan satu dengan lainnya. Buku juga disebut dengan monograph karena ia adalah bentuk karangan dalam satu disiplin ilmu tertentu dan diterbitkan tidak berseri secara rutin namun setiap tahunan. Kelebihan buku adalah penulisannya mendalam, mencakup banyak aspek yang dibahas, dan merupakan satu kesatuan pemikiran yang utuh dalam satu disiplin ilmu. Sedangkan kelemahannya adalah buku akan lebih cepat ketinggalan perkembangan ilmu karena diterbitkan tahunan. Karena pembahasan yang mendalam, seseorang kadang enggan mengkaji buku secara detail. Buku digunakan sebagai sumber teori atau konsep yang diperlukan dalam kegiatan penelitian.

Kamus ialah kumpulan (kompendium) kata-kata yang dijelaskan dalam bahasa yang bersangkutan atau diterjemahkan dalam bahasa asing, yang disusun secara alpabetis. Kamus tersebut adalah kamus bahasa atau leksikon. Sedangkan kamus khusus atau kamus istilah (glosari) merupakan kamus yang berisi istilah-istilah dalam satu disiplin ilmu tertentu yang diberi pengertian. Kamus dapat juga berupa kamus biografi (kamus who’s who) yang berisi tentang ringkasan riwayat hidup dan karya-karya tokoh-tokoh tertentu. Dalam kegiatan penelitian kamus digunakan untuk mencari terjemahan kata-kata asing, pengertian secara etimologis maupun terminologis, dan definisi-definisi istilah tertentu.

Ensiklopedi ialah satu buku atau beberapa buku berseri (1 set buku) yang memberi informasi tentang setiap cabang ilmu pengetahuan, atau tentang suatu subyek tertentu, secara singkat yang disusun secara alpabetis. Penjelasan dalam ensiklopedi merupakan penjelasan terminologis yang singkat (seperlunya) yang kadang-kadang disertai gambar. Beberapa contoh ensiklopedi adalah Encyclopaedia Britanica, Encyclopedia Americana, Ensiklopedi Indonesia, Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, dan sebagainya. Kelebihan ensiklopedi adalah keanekaragaman ilmu, konsep, dan istilah yang disediakan, serta cocok untuk konsep-konsep yang relatif ‘statis’ (berkembang dalam waktu yang relatif lama). Kelemahannya ialah bahwa ensiklopedia memerlukan revisi yang lama sehingga cepat ketinggalan jaman.

Direktori ialah suatu buku yang menyajikan informasi mengenai orang, organisasi, atau dokumen yang ada pada suatu periode ataupun pada bidang khusus. Direktori biasanya hanya memuat informasi singkat, bahkan hanya daftarnya saja. Beberapa contoh direktori adalah direktori buku yang akan terbit, direktori tesis/disertasi, direktori nama perusahaan, direktori proyek penelitian, direktori nama organisasi kemasyarakatan, dan sebaganya. Kekuatannya adalah direktori memuat banyak nama atau istilah, sedang kelemahannya ialah informasinya sangat singkat seperti hanya menyebut nama dan alamat.

Buku subyek indeks ialah buku yang memuat subyek-subyek (istilah-istilah, terminologies) suatu ilmu tertentu yang disertai dengan sedikit penjelasan, dan biasanya dicantumkan sumber-sumber buku atau majalah yang memuatnya. Walaupun kelemahannya adalah hanya memuat subyek-subyek, buku indeks mempunyai kelebihan, yaitu memuat banyak sumber-sumber tulisan. Contohnya ialah Buku Subyek Indeks (BSI) Kedokteran, BSI Hukum, BSI Ekonomi, dan sebaganya. Hal ini sangat bermanfaat bagi para peneliti.

Buku peta adalah buku yang memuat informasi tentang tempat-tempat di bumi, seperti kota, propinsi, negara, sungai, gunung, laut, selat, danau, tempat ibadah, dan sebagainya, yang sangat bermanfaat bagi para peneliti. Buku peta sangat bermanfaat untuk mengetahui lokasi atau tempat, serta jarak.

Majalah ilmiah ialah kumpulan artikel-artikel ilmiah (karya ilmiah) dalam bidang ilmu tertentu yang diterbitkan secara periodik seperti dua mingguan, bulanan, tiga bulanan, dan sebagainya. Kelebihan majalah ilmiah adalah informasi sangat up to date karena diterbitkan secara periodik mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, kelemahannya adalah penjelasan yang tidak menyeluruh dan tidak mendalam. Para peneliti paling sering menggunakannya sebagai sumber informasi karena kelebihannya. Sedangkan majalah populer merupakan majalah yang memuat berita-berita, informasi hiburan, pendidikan, ekonomi, dan informasi-informasi ringan (non ilmiah). Sedangkan surat kabar (koran) biasanya memuat berita-berita harian, baik skala lokal, nasional, maupun internasional, namun juga memuat informasi iklan, hiburan, ekonomi, dan informasi ringan lainnya. Koran mempunyai kelebihan, yaitu informasinya sangat up to date (aktual) namun tidak selalu ilmiah.

(bersambung)

Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN
http://muhstarvision.blogspot.com
•02:32
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-49)
Jum’at, 8 Mei 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


STRATEGI PENGEMBANGAN READING CULTURE (2)

Betapa Nilai Buku Itu Sangat Berharga

Buku merupakan bahan bacaan yang utama. Selain itu, buku merupakan alat para sarjana untuk mentransmisi ilmu pengetahuan. ‘Abd. Al-Basith bin Musa Al-Almawi (wafat tahun 1573), seorang ilmuwan Muslim, telah menulis buku berjudul Mu’id fii Adab Al-Mufid wa Al-Mustafid yang membahas tentang buku. Sepuluh hal penting dalam buku tersebut, khususnya dalam hal teknik transmisi tertulis ilmu pengetahuan, adalah sebagai berikut (Rosenthal, 1996:24-49) :
  1. Buku dibutuhkan dalam semua usaha kesarjanaan yang bermanfaat.
  2. Al-Hadits yang menyatakan, “Rahmat pertama yang diperoleh oleh orang yang sibuk menyampaikan hadits adalah kenyataan bahwa dia mempunyai kesempatan untuk meminjamkan buku kepada orang lain”. Hadits lain mengungkapkan, “Barang siapa yang kikir dengan ilmu, hendaklah dia mengharapkan tiga bencana, yaitu dia mungkin lupa akan ilmunya, atau dia mati tanpa sempat memanfaatkan ilmunya, atau dia mungkin akan kehilangan buku-bukunya”.
  3. Koreksi-koreksi dalam sebuah buku milik orang lain hanya boleh dilakukan atas izin pemiliknya.
  4. Seorang penyalin buku yang menyalin penggalan-penggalan dari buku tentang masalah agama (syar’i) harus suci dari hadas dan menghadap kiblat. Badan, pakaian, tinta, serta kertas yang digunakannya harus bersih. Pernyataan ini mesti dipahami secara harfiah dan bukan berarti si-penyalin harus seorang Muslim.
  5. Seorang pelajar harus mencurahkan perhatian lebih banyak kepada ketepatan dan kebenaran apa yang ditulisnya dari pada mutu tulisan tangannya.
  6. Para otorita keagamaan tidak menyetujui memisahkan susunan genetif yang mengandung nama Allah, semisal ‘Abd Allah, ‘Abd Ar-Rahman, atau Rasul Allah. Jelek sekali kelihatannya jika menemukan kata ‘Abd atau Rasul tertulis di ujung baris dan kata Allah atau Ar-Rahman (atau Rasul) di awal baris; konsekuensinya pemisahan ini tidak boleh dilakukan.
  7. Salinan sebuah manuskrip harus dibandingkan dengan naskah lain (ashl - asli) yang diketahui sebagai benar dan handal.
  8. Setelah dikoreksi dan dijelaskan, penggalan yang meragukan dan tak pasti pembacaannya harus diindikasikan dengan shahhah kecil yang dituliskan di atasnya.
  9. Kata-kata yang berlebihan atau yang ditulis dengan tidak benar harus dikoreksi.
  10. Sebuah bulatan atau titik tebal yang dibuat dengan pena hendaknya digunakan untuk memisahkan berbagai cerita atau hadist yang tercantum dalam manuskrip.

Tidak ada masyarakat, khususnya masyarakat ilmiah, yang tidak mengakui nilai buku yang begitu sangat berharga. Nilai buku berarti keunggulan-keunggulan yang dipunyai sebuah buku bacaan. Nilai buku tersebut digambarkan oleh seorang sastrawan Perancis, Louis L'amour, dalam puisinya sebagai berikut :

"Moments I have Loved"

The book has been man's greatest triumph.
Seated in my library, I live in a time machine.
In an instant I can be transmitted to any area,
any part of the world, even to outer space.

I have lived in every period of history.
I have listened to Budha speak, marched with Alexander,
sailed with the Vikings, ridden in cannoes with the Polynesians.
I have been at the courts of Queen Elizabeth and Louis XIV.
I have been a friend to Captain Nemo,
and have sailed with Captain Bligh on the Bounty.
I have walked in the agora with Socrates and Plato,
and listened to Jesus deliver the Sermon of the Mount.
Best of all, I can do it all again, at any moment.
The book are there.
I have only to reach up the selves and take them down to
alive the moments I have loved.

(Saya mendapat puisi tersebut dari seorang teman pada Rapat Kerja Tingkat Pusat dan Seminar Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia di Kuta Bali pada tanggal 8-11 Desember 1996)

Louis L'amour menyatakan bahwa buku telah menjadi kemenangan (keberhasilan) terbesar bagi manusia. Buku dengan begitu mudah dapat ditransmisikan ke setiap bidang, seluruh penjuru dunia, dan bahkan ke luar angkasa. Louis beranggapan bahwa dengan buku manusia dapat menjelajah sehingga dapat mendengarkan khutbah Jesus atau Sang Budha, naik kano bersama orang-orang Polynesia, dan bahkan dapat berjalan-jalan bersama Socrates atau Plato. Lebih dari itu semua, penjelajahan itu dapat dilakukan lagi pada setiap waktu di segala tempat.

Buku dan segala bentuk materi bacaan merupakan 'guru' yang ramah, tidak pernah marah dan lelah. Dia selalu siap setiap saat dan tempat untuk diambil ilmunya. Dia menyediakan segala ilmu yang dibutuhkan manusia. Manusia dapat berulang-ulang mendapatkan ilmu dari buku yang tak pernah habis. Salah satu fungsi buku adalah untuk dibaca. Buku yang berada di rak dengan jumlah yang sangat banyak tidak akan berfungsi jika dibiarkan tidak dibaca. Kitab Suci al-Quran surat al-Alaq ayat satu memerintahkan manusia untuk membaca (iqra'), yaitu membaca apa saja, termasuk membaca buku.

Pada tahun 1930-an Ranganathan menyampaikan lima hukum ilmu perpustakaan (five laws of library science), yaitu :
  1. Books are for use (buku untuk dimanfaatkan)
  2. Every reader his book (setiap pembaca terdapat bukunya)
  3. Every book its reader (setiap buku terdapat pembacanya)
  4. Save the time of the reader (hemat waktu pembaca)
  5. A library is a growing organism (perpustakaan bagai organisme yang sedang tumbuh)

Lima hukum tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan berperanan sangat penting dalam pemanfaatan buku, pelayanan, dan pengembangan pemakainya. Selain itu, perpustakaan merupakan lembaga yang terus tumbuh dan berkembang, baik dari segi koleksi, SDM, maupun sarananya.

(bersambung)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN
http://muhstarvision.blogspot.com