•00:00
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-35)
Jum’at, 30 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 5)

ISLAM PERADABAN

Kata „peradaban‟ diterjemahkan dalam bahasa Ingris civilization dan bahasa Arab tamaddun. Civilization is cloth of culture, peradaban adalah pakaian kebudayaan. Sama halnya dengan pakaian, peradaban laksana bungkus yang terlihat jelas dari luar. Oleh karena itu, peradaban dikonotasikan dengan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa. Indikasi peradaban berupa wujud bangunan, bentuk rumah, penerapan teknologi, penggunaan peralatan, model pakaian, tingkah laku atau perbuatan manusia, berbahasa lisan atau tulisan, hubungan sosial antar manusia, sikap seseorang, dan sebagainya.

Jika dihubungkan dengan tiga wujud kebudayaan (baca PDF seri ke-34 yang lalu, tersedia di web berikut: http://dearestfriday.blogspot.com) maka peradaban merupakan wujud kebudayaan kedua (sistem tingkah laku) dan ketiga (sistem hasil karya). Tingkah laku manusia dikatakan beradab jika memenuhi standar norma Islam (al-akhlaaqul-kariimah) yang bersifat universal seperti kebenaran, kebaikan, keadilan, kebersihan, kehormatan, kesopanan, kesantunan, kemanfaatan, dan kasih-sayang (cinta). Adapun ciri-ciri manusia beradab (berbudaya) adalah berakhlak mulia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menghormati wajib asasi manusia (WAM) serta hak asasi manusia (HAM), dan menghormati budaya masyarakat.

Akhlak mulia merupakan sendi pertama perilaku beradab. Perwujudan akhlak mulia antara lain adalah kasih sayang, ikhlas, sabar, benar, jujur, adil, disiplin, pemaaf, toleran, serius, sopan, rendah hati, dan sebagainya. Orang berakhlak mulia yang harus diteladani oleh seluruh manusia adalah Nabi Muhammad saw. Allah swt. berfirman, yang artinya. "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS. al-Ahzaab 33:21); "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (QS. al-Qalam 68:4).

Nabi Muhammad saw. bersabda, yang artinya, "Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak" (HR. Ahmad); "Sesungguhnya Allah swt. itu Maha Indah dan Dia mencintai keindahan dan mencintai akhlak luhur, serta membenci akhlak tercela" (HR. Tabrani); "Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya dari pada akhlak yang baik" (HR. Abu Dawud dan Turmudzi); "Sesempurna-sempurna iman orang mukmin adalah yang terbaik budi pekertinya. Dan sebaik-baik kamu adalah yang terbaik pergaulannya dengan istrinya" (HR. Turmudzi).

Nilai-nilai kemanusiaan harus dijunjung tinggi oleh manusia yang beradaba. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai agama, nilai kebenaran, nilai etika, dan nilai estetika. Nilai agama adalah ketentuan-ketentuan agama yang harus ditaati. Dalam hal ini seseorang harus memahami, menghayati, dan mengamalkan ketentuan agama. Nilai kebenaran ialah suatu pedoman yang digunakan untuk menentukan sesuatu itu salah atau benar. Dalam hal ini seseorang harus arif-bijaksana dalam menghadapi relativitas kebenaran manusia, namun harus yakin terhadap
kebenaran mutlak Allah, Tuhan yang Maha Benar, baik di kitab suci-Nya maupun di alam ciptaan-Nya. Nilai etika yaitu nilai sopan santun yang disepakati oleh masyarakat. Seseorang harus memahami adat sopan santun suatu daerah. Nilai estetika adalah nilai keindahan yang dapat memperhalus perasaan manusia. Keindahan dapat diekspresikan melalui pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan.

Allah swt. berfirman, yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya …" (QS. at-Tiin 95:4-6). "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentaati kesabaran" (QS. al-‘Ashr 103:1-3).

Wajib asasi manusia (WAM) dan hak asasi manusia (HAM) harus dihormati oleh manusia yang beradab. HAM pada dasarnya adalah kewajiban seseorang atau lembaga terhadap orang lain atau lembaga lain yang disesuaikan dengan status dan peranannya, sebagai contoh adalah kewajiban orang tua terhadap anak. Dalam hal ini orang tua berkewajiban memelihara, mengasuh, dan mendidik anak, sehingga anak mempunyai hak untuk mendapatkan kasih sayang, pendidikan, dan kesehatan dari orang tuanya. Sebaliknya, anak mempunyai kewajiban untuk berbakti kepada orang tuanya. Ketaatan anak merupakan hak orang tua. Hak-hak asasi manusia antara lain meliputi hak hidup, hak beragama, hak berbicara (berpendapat), hak kasih sayang, hak memiliki, hak berpendidikan, hak berekonomi, hak berpolitik, hak kesehatan, hak berorganisasi, dan sebagainya.

Dalam pandangan Islam, pada hakekatnya semua hak adalah ciptaan (ketentuan) Allah swt. Hak dan kewajiban merupakan mekanisme Allah untuk mengatur kehidupan manusia, baik kehidupan yang berhubungan dengan sesama manusia maupun antara manusia dengan Allah swt. Hak dibagi menjadi dua, yaitu hak-hak Allah (huquuqullaah) dan hak-hak hamba/manusia (huquuqul-‘ibaad). Huquuqullaah adalah kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah swt. yang diwujudkan dalam berbagai bentuk ibadah. Huquuqul-‘ibaad ialah kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap mahluk Allah lainnya. Hak-hak Allah tidak berarti dibutuhkan oleh Allah, karena Allah swt. adalah Tuhan yang Maha Kuasa atas segalanya, yang tidak membutuhkan apa-apa dari mahluk, tetapi justru mahluklah yang sangat membutuhkan Allah.

Allah swt. berfirman, yang artinya, "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya, melainkan dengan suatu (alasan) yang benar …" (QS. al-Israa’ 17:33). "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. …" (QS. al-Baqarah 2:256). "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil …" (QS. al-baqarah 2:188).

Budaya masyarakat juga harus dihormati oleh manusia yang beradab. Hal ini karena budaya lahir di tengah masyarakat, sedangkan sesama anggota masyarakat harus saling menghormati, tolong-menolong, dan bersatu. Penghormatan, pertolongan, dan persatuan merupakan upaya untuk mewujudkan kedamaian, keharmonisan, dan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Anggota suatu masyarakat tidak sepantasnya mengejek atau menjelek-jelekkan budaya kelompok lain, karena budayanya belum tentu lebih baik dari pada budaya lain.

Allah swt. berfirman, yang artinya, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. al-Hujuraat 49:13).

Kata tamaddun berhubungan sangat dekat dengan ad-diin. Islam peradaban adalah penjelasan Islam sebagai ad-diin, tentang bagaimana manusia seharusnya hidup secara beradab (ber-peradaban – tamaddun). Seperti yang telah dijelaskan di PDF seri ke-31 yang lalu, kata „ad-diin‟ mempunyai banyak makna, salah satunya adalah bermakna „hutang‟ (debt). Kita semua manusia sesungguhnya „berhutang‟ kepada Allah, karena Dia-Allah telah menciptakan kita, menyediakan segala kebutuhan kita, dan menjadikan kita sebagai manusia. Apa saja yang ada di alam ini, termasuk nyawa dan tubuh kita, adalah milik Allah yang dipinjamkan (dititipkan) kepada kita. Kita manusia berhutang kepada Allah, yang meliputi debt of creation, debt of provision, dan debt of existence. Bagaimana kita menyahur (mengembalikan) hutang dari Allah itu?

Debt of creation berarti bahwa Allah telah menciptakan (created) segala sesuatu, termasuk nyawa dan semua anggota tubuh kita manusia. Hal ini berarti kita telah dipinjami dengan ciptaan Allah (hewan, tumbuhan, air, udara, api, batu. sinar matahari, dsb-dsb.) untuk kehidupan kita. Debt of provision berarti bahwa Allah telah menyediakan (provided) segala apa saja yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia seperti air, api, udara, tumbuhan, hewan, anggota tubuh, dsb-dsb.). Segala kebutuhan itu adalah pinjaman (hutang) dari Allah. Debt of existence berarti bahwa Allah telah menentukan keberadaan kita (existed) sebagai manusia, bukan sebagai hewan, tumbuhan, atau batu. The process of existing ini melalui aturan atau sunah-sunah-Nya. Eksistensi kita sebagai manusia merupakan pinjaman (hutang) dari Allah.

Cara manusia membayar hutang dari Allah itu adalah manusia harus hidup secara beradab sesuai dengan apa yang dikehendaki Sang Maha Hidup dan Maha Menghidupkan, yaitu Allah al-Hayyul-Qayyum. Manusia membayar hutang dengan cara mengabdi, menghambakan diri, mentaati dan beribadah hanya kepada Allah Ta‟ala semata. Hidup itu mengikuti maunya Allah, hidup itu mengalir di aliran taqdir-Nya (kehendak-Nya). Because of the commandment of Allah, the way of life in any aspect has to be accorded to the will of Allah, in order to get the pleasure of Allah. (Baca lagi PDF seri ke-32 yang lalu, tersedia di web berikut: http://dearestfriday.blogspot.com).
(to be continued)

Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com

•22:13
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-34)
Jum’at, 23 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 4)

ISLAM KEBUDAYAAN (Culture Islam)

Dari segi etimologis kata "kebudayaan" berasal dari kata
buddhayah (bahasa Sansekerta). Kata buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi" atau "akal". kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal-budi. Sedangkan kata "budaya" merupakan perkembangan kata majemuk budi-daya, artinya daya dari budi yang berwujud cipta, rasa, dan karsa. Dari segi terminologis kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang dimiliki manusia dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat di area geografis tertentu.

Dalam pengertian tersebut terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu sistem gagasan, sistem tindakan, dan sistem hasil karya Wujud kebudayaan merupakan manifestasi bentuk kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia, baik melalui pikiran, perasaan, maupun aktifitasnya.

1. Sistem Gagasan
Sistem gagasan mencakup ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud ini adalah wujud yang paling abstrak karena terdapat di benak manusia, di alam pikiran manusia. Para antropolog dan sosiolog menyebut sistem ini dengan sistem budaya (cultural system) karena gagasan merupakan wujud kebudayaan yang paling ideal. Kebudayaan lahir dari gagasan manusia tentang dirinya dan lingkungannya. Gagasan-gagasan manusia hidup bersama di dalam masyarakat sehingga membentuk sistem gagasan. Allah swt. berfirman, yang artinya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal; (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’" (QS. al-Imran 3:190-191).

2. Sistem Tindakan
Sistem tindakan merupakan gerak dan aktifitas manusia yang disadari dan berpola teratur, baik gerak pribadi maupun berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga bersifat kongkrit, lebih kongkrit dari pada gagasan. Sistem tindakan disebut juga dengan sistem sosial (social system) karena tindakan manusia yang berpola dan disadari merupakan perwujudan interaksi antara manusia dengan lingkungan, terutama lingkungan sosial sesamanya. Sistem sosial terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi satu dengan yang lain dari waktu ke waktu menurut pola tertentu yang berdasar pada adat tata pergaulan. Aktifitas manusia yang berinteraksi dengan sesamanya diatur oleh gagasan-gagasan yang berada di kepalanya. Sebaliknya, aktifitas tersebut dapat menimbulkan gagasan-gagasan. Allah swt. berfirman, yang artinya, "Katakanlah, ‘Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui" (QS. az-Zumar 39:39); "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan" (QS. ash-Shaaf 61:2-3).

3. Sistem Hasil Karya
Sistem hasil karya adalah alat atau benda ciptaan manusia seperti meja, kursi, rumah, buku, televisi, pakaian, papan tulis, tempat tidur, sepeda, komputer, pesawat, dan sebagainya. Sistem ini disebut dengan material culture (budaya materi), yaitu budaya yang berwujud benda yang dapat dilihat dan dipegang oleh manusia. Dengan demikian, sistem ini bersifat paling kongkrit dibanding dengan kedua sistem sebelumnya. Sistem tindakan dan hasil karya dapat menjadi indikasi peradaban manusia. Allah swt. berfirman, yang artinya, "Dan telah Kami ajarkan kepada Dawud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu. Maka hendaklah kamu bersukur kepada Allah" (QS. al-Anbiyaa 21:80).
Ketiga wujud kebudayaan di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, mereka merupakan satu kesatuan yang utuh. Tindakan manusia yang bermula dari gagasan (ide) dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang kongkrit. Dengan kata lain, suatu benda atau alat dihasilkan dari tindakan manusia yang mempunyai ide. Manusia yang tidak mempunyai gagasan tidak akan berbuat sesuatu, bahkan tidak dapat menghasilkan sesuatu yang kongkrit.

Unsur-unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian kebudayaan yang bersifat universal (umum), sehingga disebut dengan cultural universal, artinya setiap unsur kebudayaan dapat ditemukan di semua kebudayaan dari semua bangsa di dunia ini. Unsur-unsur kebudayaan tersebut adalah:

1. Bahasa (QS. 30:22, 12:2, 41:44, 42:12)
Bahasa merupakan ekspresi lisan atau tulisan tentang ide seseorang yang ditujukan kepada orang lain atau sesuatu yang lain. Bahasa menggunakan simbol huruf, suara, atau gerakan. Simbol huruf menghasilkan bahasa tulis. Simbol suara menghasilkan bahasa lisan, sedangkan simbol gerakan menghasilkan bahasa isarat. Allah berfirman swt., yang artinya, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui" (QS. ar-Ruum 30:22).

2. Sistem pengetahuan dan pendidikan (QS. 18:109, 31:26-28, 58:11-13)
Sistem pengetahuan adalah ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia tentang alam seisinya, sehingga menghasilkan ilmu tertentu seperti Antropologi, Sosiologi, Psikologi, Biologi, Embriologi, Geologi, dan sebagainya. Unsur ini juga mencakup dunia pendidikan. Allah berfirman swt., yang artinya, "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya" (QS. al-Israa’ 17:36).

3. Organisasi sosial dan pranata sosial (QS. 5:2, 24:21-33, 49:6-13)
Organisasi sosial yang dimaksud adalah seluruh lembaga atau pranata sosial yang ada di masyarakat seperti organisasi, peraturan-peraturan, adat istiadat, kelompok-kelompok sosial. Organisasi sosial tidak sekedar organisasi kemasyarakatan saja, tetapi menyangkut semua pola hubungan kemasyarakatan. Allah berfirman swt., yang artinya, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. al-Hujuraat 49:13).

4. Sistem peralatan hidup atau teknologi (QS. 16:68-69, 21:79-81, 55:33, 56:68-74, 57:25, 96:1-5)
Sistem peralatan hidup (teknologi) merupakan alat (media) yang digunakan oleh manusia dalam kehidupannya seperti alat transportasi, komunikasi, produksi, pengobatan, perang, dan alat-alat lainnya. Allah berfirman swt., yang artinya, "Dan telah Kami ajarkan kepada Dawud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu. Maka hendaklah kamu bersukur kepada Allah" (QS. al-Anbiyaa 21:80).

5. Sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi (QS. 2:164, 168, 188, 266-267, 275-283, 4:4-14, 7:10)
Sistem mata pencaharian hidup ialah sistem ekonomi, yaitu sistem yang menunjukkan apa kebutuhan hidup manusia dan bagaimana cara memperolehnya. Manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan dalam kehidupannya. Mereka mencarinya dengan cara berburu, bertani, bekerja di kantor, tukar-menukar, jual-beli, sewa, hutang, dan sebagainya. Allah swt. berfirman, yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersukur" (QS. al-A’raaf 7:10).

6. Kesenian (Q.S. 55:11-78, 114:1-6)
Kesenian adalah hasil karya manusia yang berupa nyanyian, lukisan, tarian, drama, ukiran, dan sebagainya. Kesenian berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat indah. Sajak dan irama ayat al-Quran adalah menarik, seperti pada surat an-Naas yang semua ayat berakhir dengan ‘nas’ sehingga membuat irama yang menarik. Pengulangan ayat fabiayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) sebanyak 31 kali dalam surat ar-Rahmaan merupakan irama bahasa yang indah. Agama Islam tidak melarang manusia untuk berkesenian asalkan tidak melanggar aturan-aturan agama. Hal ini karena Allah yang Maha Indah adalah pencipta keindahan dan Dia mencintai keindahan. Ekspresi nilai estetis merupakan fitrah (bawaan dasar) manusia.

7. Isme-isme buatan manusia (QS. 45:22-26)
Unsur ini merupakan aliran-aliran (isme-isme) hasil olah pikir nafsu manusia seperti animisme, dinamisme, komunisme, liberalisme, sosialisme, rasionalisme, empirisme, kapitalisme, materialisme, dan sebagainya. Allah swt. berfirman, yang artinya, "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?" (QS. al-Jatsiyah 45:23).
(to be continued)

Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com
•23:08
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-33)
Jum’at, 16 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 3)

ISLAM PANDANGAN HIDUP (worldview Islam)

Dalam kajian grammar of English, istilah Islamic worldview (pandangan hidup Islam) disebut sebagai noun phrase (phrasa yang kata intinya – headword - adalah kata benda). Dalam phrasa Islamic worldview, kata benda worldview sebagai headword (kata inti), sedangkan kata Islamic sebagai adjective (kata sifat). Fungsi adjective yaitu menerangkan (mensifati) kata benda. Kata sifat dapat dipakai atau dapat dibuang, dapat diperbaiki atau dapat dirusak, dapat dibenarkan atau dapat disalahkan, dan kata sifat dapat diganti dengan sifat-sifat lain. Dalam phrasa Islamic worldview, Islamic civilization, Islamic education, Islamic culture, Islamic art, Islamic politics, Islamic economy, Islamic law, Islamic architecture, dan Islamic-islamic yang lain, kata Islamic hanya berfungsi sebagai kata sifat yang dapat dipakai, dibuang, diperbaiki, dirusak, dibenarkan, disalahkan, atau dapat diganti dengan sifat-sifat lain semau manusia. Sama halnya dalam bahasa Indonesia, kata Islam dalam ‘pandangan hidup Islam’, ‘peradaban Islam’, ‘pendidikan Islam’, ‘budaya Islam’, ‘seni Islam’, ‘politik Islam’, ‘ekonomi Islam’, ‘hukum Islam’, dan ‘arsitek Islam’, juga hanya berfungsi sebagai kata sifat, bukan sebagai kata inti atau bukan hal yang pokok. Dalam phrasa ‘baju putih’, kata ‘baju’ menjadi kata inti, sedangkan kata ‘putih’ hanya menjadi kata sifat yang dapat seenaknya diganti dengan sifat lain.

Dalam konotasi ini, Islam hanya sekedar ‘baju’, ‘perhiasan’, atau ‘model rambut’ yang dapat dibuang dan diganti oleh semau nafsu manusia. Islam tidak menempati posisi yang inti, yang pokok, dan yang strategis. Islam tidak menjadi ‘nyawa’ dan ‘darah daging’. Realitas kehidupan sosial masyarakat menunjukkan hal itu. Ekonomi Islam, misalnya, oleh kebanyakan manusia diganti dengan ekonomi kapitalis; Peradaban Islam diganti dengan peradaban barat; Budaya Islam diganti dengan budaya konsumerisme; Politik Islam diganti dengan politik demokrasi; Hukum Islam diganti dengan hukum adat; Arsitektur Islam diganti dengan arsitektur Arab; dan sebagainya. Islam diletakkan di belakang sebagai ‘ekor’, Islam tidak diletakkan di depan sebagai pemimpin.

Marilah kita jadikan Islam sebagai ‘nyawa’ (bukan ‘baju’ yang mudah diganti). Marilah kita letakkan Islam di depan sebagai pemimpin (bukan di belakang sebagai ‘ekor’). Marilah kita fungsikan Islam sebagai kata inti (headword), bukan sebagai kata sifat (adjective) yang mudah diubah. Oleh karena itu, sebagai upaya kecil dan sederhana, saya lebih cenderung dengan istilah Islam alamiah (natural Islam), Islam syari’ah (way of life Islam), Islam pandangan hidup (worldview Islam), Islam peradaban (civilization Islam), Islam pendidikan (education Islam), Islam kebudayaan (culture Islam), Islam seni (art Islam), Islam politik (politics Islam), Islam ekonomi (economy Islam), Islam hukum (law Islam), Islam arsitektur (architecture Islam), dan sebagainya. Tentunya, usaha awal dan sederhana ini – walau baru dalam istilah-istilah, harus dilanjutkan ke langkah kongkrit yang lebih besar dalam realitas kehidupan agar Islam itu dapat menjadi pemimpin di depan dan menjadi ‘nyawa’ yang menggerakkan seluruh sendi kehidupan.

Apa yang disebut dengan pandangan hidup (worldview) ? Thomas F Wall dalam bukunya Thinking Critically about Philosophical Problem: A Modern Introduction (2001:532) menyebutkan worldview sebagai "an integrated system of basic beliefs about the nature of yourself, reality, and the meaning of existence" (sistem kepercayaan dasar yang integral tentang diri kita, realitas, dan pengertian eksistensi).

Apa itu worldview Islam (Islam pandangan hidup) ? It is simply that "Islam memberi pelajaran kepada manusia bagaimana memandang kehidupan, bahkan melihat kehidupan yang ideal yang seharusnya". Mengapa hidup (why), untuk apa hidup (what for), hidup di bidang apa dan apa petunjuknya (what), bagaimana seharusnya hidup (how), siapa dan dengan siapa hidup (who and whom), di mana dan kapan hidup (where and when) adalah hal-hal yang diajarkan dalam worldview Islam.

Menurut Naquib al-Attas, pandangan hidup Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang menjelaskan tentang hakekat wujud. Menurut al-Mawdudi, pandangan hidup Islam dimulai dari konsep keesaan Tuhan (al-shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan di dunia. Menurut Atif al-Zayn, pandangan hidup Islam adalah aqidah fikriyyah, kepercayaan yang berdasarkan pada akal. Menurut Sayyid Qutb, pandangan hidup Islam adalah akumulasi keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim yang memberi gambaran tentang wujud dan apa-apa di balik itu.

Al-ustadz DR. H. Hamid Fahmi Zarkasyi (Direktur INSIST, putra pengasuh Pondok Pesantren Modern Gontor) menyatakan, "Pandangan hidup Islam adalah aqidah fikriyyah atau kepercayaan yang berdasarkan pada akal, yang asasnya adalah keesaan Tuhan (tawhid / shahadah), yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim dan berpengaruh terhadap pandangannya tentang keseluruhan aspek kehidupan terutamanya tentang realitas dan kebenaran".

Worldview Islam sebagai bangunan konsep meliputi konsep Tuhan, konsep kehidupan, konsep dunia, konsep manusia, konsep nilai, dan konsep ilmu. Dalam hal ini konsep Tuhan harus mewarnai atau menjiwai konsep-konsep yang lain. Konsep Tuhan harus menjadi nyawa (pusat) yang menggerakkan konsep-konsep lain. Dengan kata lain, untuk melihat konsep ilmu, nilai, manusia, dunia, dan kehidupan, manusia harus "meminjam kaca mata" Tuhan yang sebenarnya – yaitu Allah Rabbul-‘izzati. "Kaca mata" itu berupa ayat-ayat-Nya, baik ayat kitabiah (kitab suci-Nya) maupun ayat kauniah (alam semesta sebagai ciptaan-Nya). Jadi, semua konsep itu tidak dipandang dengan "kaca mata nafsu manusia", baik yang berupa rasionalisme, liberalisme, kapitalisme, materialisme, positivisme, komunisme, maupun isme-isme buatan manusia yang lain.

Tuhan yang sebenarnya, sebagaimana dalam al-Quran surat al-Ikhlas, yaitu Allah, mempunyai ciri-ciri Ahad (Esa), Shomad (Tempat Bergantung), Lam Yaalid (Tidak Melahirkan), Lam Yuulad (Tidak Dilahirkan), dan Lam Yakul-lahuu Kuffuwwan Ahad (Tidak Ada Satupun yang Menyamai-Nya). Ciri pertama dan terakhir merupakan ajaran tauhid (pengesaan Allah, keyakinan satu terhadap Allah) yang meliputi tauhid rubuubiyah, tauhid asma wa sifat, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluuhiyah.

Pandangan hidup apapun berpijak dan bersumber dari kepercayaan kepada Tuhan. Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah, diyakini sebagai sumber dan asal kehidupan, sebagai sumber moralitas tertinggi, sebagai penggerak kehidupan seluruh mahluk di dunia serta akhirat, dan sebagai titik akhir tujuan hidup, Ilmu dapat lebih dari apa yang sekedar bisa diamati (empirik), yaitu dapat menuju realitas yang lebih tinggi yakni alam supernatural.

Islam pandangan hidup tidak sekedar pandangan akal manusia terhadap dunia fisik dari sisi historis, sosial, politik dan budaya tetapi mencakup semua aspek hidup di dunia dan akhirat. Aspek dunia harus terkait erat dengan aspek akhirat, sedangkan aspek akhirat harus dijadikan sebagai tujuan akhir hidup yang abadi. Pandangan hidup berfungsi sebagai identitas peradaban. Dengan demikian, seorang muslim dikatakan hidup secara beradab jika dia menggunakan Islam sebagai pandangan hidupnya.
(to be continued)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com

•23:25
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-32)
Jum’at, 9 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 2)

ISLAM SYARI’AH


Kata ‘Kristen’ merujuk pada tokoh person yang mengajarkannya (Jesus Christ), kata ‘Nasrani’ merujuk pada tempat kelahiran Yesus (Nazaret), kata ‘Hindu’ merujuk pada nama tempat - Hindustan di mana Hindu berkembang, kata ‘Budha’ merujuk pada julukan ‘bodh’ (sempurna) pada Sidharta Gautama, kata Kong Hu Cu merujuk pada filosof China – Kong Fu Tse, kata Yahudi merujuk pada nama bangsa – ‘Yahod’, lalu bagaimana dengan kata ‘Islam’? Kata ‘Islam’ TIDAK merujuk kepada seorang tokoh, julukan seseorang, nama tempat, atau suatu bangsa, tidak, tetapi Islam merujuk kepada makna yang ada di dalamnya yang bersifat alamiah-universal, secara kodrati (alamiah) sudah ada dan berlaku untuk semua (umum) - semua mahluk dan menembus seluruh dimensi ruang dan waktu, bahkan menembus dunia ghaib (baca PDF seri yang lalu). Islam TIDAK boleh diubah dengan istilah ‘agama arabian’, ‘arabisme’, ‘mohamadanism’, atau disebut ‘agama muhammadiyah’.

Manusia berislam kepada Allah tidak hanya dan tidak cukup hanya Islam alamiah, tetapi seluruh ummat manusia berislam juga harus dengan Islam syari’ah. Kata ‘syari’ah’ berarti ‘jalan’, yaitu jalan atau cara hidup (way of life). Islam syari’ah yaitu Islam mengajarkan apa (what), mengapa (why), bagaimana (how), kapan (when), dan di mana (where) seluruh isi alam, termasuk manusia, menjalani kehidupan. Selain itu juga, pertanyaan vital siapa (who), siapa yang menghidupkan manusia? Jawabannya Allah al-hayyul-qayyuum; Siapa yang dihidupkan oleh Allah? Jawabannya manusia, hewan, dan tumbuhan.

Allah berfirman (ayat kursi) yang artinya, “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS.
al-Baqarah
2:255).

When and where does human being live?
Jawabannya adalah dulu di rahim, sekarang di dunia, dam kelak di alam kubur dan akhirat. Pertanyaan berikutnya adalah what is real life? Seperti pernah ditanyakan oleh seorang jama’ah pengajian saya dalam bahasa Jawa, “Pak Muhtar, menopo ingkang dipun sebat kaliyan gesang ingkang sejatos? Sejatosipun gesang meniko menopo?” (Hidup yang sesungguhnya itu apa?) Kemudian saya menjawab, “gesang ingkang sejatos inggih meniko gesang miturut ingkang moho gesang dan gesangaken” (hidup yang sejati adalah hidup menurut yang Maha Hidup dan Menghidupkan). Siapa yang Maha Hidup dan Menghidupkan? Yaitu Allah yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kullii syai-in qadiir. Jika hidup hanya mengikuti kemauan nafsu manusia maka itulah hidup dalam kepalsuan.

Otak dikatakan hidup jika di tempatnya (dalam kepala) masih sadar berfungsi untuk berpikir dan sebagai pusat saraf. Jantung dikatakan hidup jika di tempatnya (dalam tubuh/dada) masih mampu mengatur sistem peredaran darah. Paru-paru dikatakan hidup jika di tempatnya (dalam tubuh/dada) masih mampu mengatur sistem pernafasan. Mulut dikatakan hidup jika di tempatnya (kepala bagian bawah) masih mampu bergerak-gerak untuk berbicara dan makan-minum; Dan sebagainya, manusia dikatan hidup jika seluruh anggota tubuhnya masih berfungsi secara normal (baik). Ingatlah! Bahwa seluruh anggota tubuh yang menjalankan fungsi masing-masing itu adalah mengikuti maunya Allah Sang Pencipta tubuh itu, BUKAN mengikuti pemakai tubuh (yaitu manusia). Hidup itu mengikuti maunya Allah, hidup itu mengalir di aliran taqdir-Nya (kehendak-Nya).

Setelah pertanyaan what is life? Masih ada pertanyaan yang memakai what, yaitu what is the purpose of life? Kebanyakan orang biasanya menjawab pertanyaan apa tujuan hidup adalah kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan, ketentraman, kedamaian, atau kerukunan. Biasanya orang menyatakan: tujuan makan-minum adalah kenyang-sehat-kuat, tujuan tidur adalah kesegaran-kesehatan, tujuan bekerja adalah memperoleh nafkah (uang), tujuan bisnis adalah cari untung (uang), tujuan olahraga adalah kesehatan, tujuan sekolah (studi) adalah cari ilmu-ijasah-gelar, tujuan lomba (pertandingan) adalah menang-juara-hadiah, dan sebagainya. Semua tujuan tersebut adalah manusiawi. Namun demikian, marilah semua tujuan tersebut disirami atau diwarnai dengan ridho Allah (the pleasure of Alla), yaitu kesehatan, kekuatan, kesegaran, nafkah, uang, ilmu, ijasah, hadiah, dsb-dsb., yang diridhoi oleh Allah ar-Rahmaan ar-Rahiim. Jadi, tujuan hidup itu adalah satu yaitu the pleasure of Allah.

Pertanyaan berikutnya adalah why, yang berkaitan dengan intention (niat). Mengapa hidup? Karena apa (niat apa) kita berbuat sesuatu? Sebagaimana pertanyaan mengapa hidup, pertanyaan mengapa mata melihat, mengapa telinga mendengar, mengapa mulut berbicara dan makan-minum, mengapa otak berpikir, mengapa kaki berjalan, mengapa jantung mengurusi peredaran darah, mengapa paru-paru mengurusi sistem pernafasan , mengapa hidung membau, dan mengapa-mengapa yang lain yang positif, mempunyai jawaban yang sama yaitu because of Allah, karena memang hanya Allah yang memerintah dan mengatur semua itu. Oleh karena itu, ketika kita melakukan apapun yang positif (tentunya) harus berniat karena Allah semata.

Dalam konteks positif tentu saja, pertanyaan why (sebagai langkah awal – niat hidup) harus dijawab dengan because of Allah dan pertanyaanwhat for (sebagai langkah akhir – tujuan hidup) harus dijawab dengan the pleasure of Allah. Antara kedua pertanyaan tersebut harus diisi dengan pertanyaan how, yaitu bagaimana cara/jalan hidup. Jawaban pertanyaan how adalah way of life according to Allah. Jawaban inilah sesungguhnya inti dari Islam syari’ah. Because of the commandment of Allah, the way of life in any aspect has to be accorded to the will of Allah, in order to get the pleasure of Allah.

Ajaran dalam lima rukun Islam merupakan Islam syari’ah. Fiqhun-nikah, fiqhus-siyasah, fiqhud-da’wah, fiqhut-tijarah, fiqhun-nisaa, dan fiqh lainnya yang sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya juga merupakan Islam syari’ah. Manusia hidup butuh sandang-pangan-papan adalah Islam alamiah, sedangkan cara halal untuk memenuhi kebutuhan itu dan membelanjakan secara halal pula adalah Islam syari’ah. Mulut untuk makan-minum adalah Islam alamiah, sedangkan makanan-minuman halaalan-thayyiban dan adab makan-minum cara Rasulullah saw adalah Islam syari’ah. Ketertarikan ke jenis kelamin lain adalah Islam alamiah, sedangkan tata cara menikah menurut Rasulullah saw adalah Islam syari’ah. Kaki untuk berjalan adalah Islam alamiah, sedangkan berjalan menuju tempat yang baik (menurut Allah) adalah Islam syari’ah. Otak untuk berpikir adalah Islam alamiah, sedangkan berpikir yang benar positif, kreatif, dan aktif adalah Islam syari’ah. Dsb-dsb. Islam syari’ah meliputi Islam pandangan hidup, Islam peradaban, Islam pendidikan, Islam budaya, Islam seni, Islam politik, Islam ekonomi, Islam hukum, Islam arsitektur, dan sebagainya.

Manusia harus masuk Islam secara utuh (kaffah – baca QS al-Baqarah 2:208), artinya 50% (Islam alamiah) ditambah 50% (Islam syari’ah). Manusia sama sekali tidak bermasalah dengan Islam alamiah, tetapi, sekali lagi tetapi, manusia sering (bahkan banyak/penuh) masalah dengan Islam syari’ah. Banyak manusia hidup tidak mengikuti syari’atulaah (jalan hidup menurut Allah) walaupun badan-tubuhnya berislam kepada Allah secara alamiah. Mereka mengikuti jalan hidupnya sendiri-sendiri (mengikuti nafsunya), apapun nama dan caranya. Jadi, mereka hanya mencapai 50% saja, atau mungkin 60%. Padahal dunia hewan telah totalitas 100% berislam kepada Allah, walaupun hanya secara alamiah, ya…ya…ya… karena dunia hewan tidak diberlakukan syari’ah, mereka tidak kenal halal-haram, benar-salah, boleh-tidak boleh. Manusia yang hanya mencapai 50%, artinya tidak bersyari’at menurut Allah berarti mereka itu “………ulaaika kal-an’aam bal hum adhal…..” (baca QS.al-A’raaf 7:179).
(to be continued)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com

•23:39
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-31)
Jum’at, 2 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 1)

ISLAM ALAMIAH

Islam itu apa sih? Islam adalah nama agama. Islam itu agama saya. Islam itu singkatan Isya’ Shubuh, Luhur, ‘Ashar, dan Maghrib. Islam itu lima rukun Islam – syahadat, shalat, puasa, zakat, haji. Pertanyaannya sederhana tetapi jawabannya bisa bermacam-macam dan sangat mendalam. Jawaban pertanyaan tersebut akan diuraikan “agak” detail dalam seri sekarang dan beberapa seri pengajian PDF ke depan, untuk mengawali tahun baru Hijriyah 1430 dan Masehi 2009. Kita perlu me-‘refresh’, me-‘revitalisasi’, dan me-‘rekonseptualisasi’ pemahaman kita tentang Islam. Apakah ‘Islam’ di pemahaman kita ‘hanya’ sekedar jawaban singkat di atas ? Namun demikian, hal ini bukan berarti karena tahun baru kemudian memperbaharui ‘Islam’, BUKAN, tetapi kita memperbaharui pemahaman kita, karena Islam memang sudah ada sejak Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan alam, jauh-jauh-jauh sebelum manusia pertama Adam diciptakan.

Kata ‘Islam’ memang, atas kehendak Allah, berasal dari bahasa Arab. Kata ini tidak bisa dilepaskan dengan kata ‘ad-diin’ (juga bahasa Arab). Secara etimologis kata ad-diin berarti (an-Nahlawi, 1995:22-23) :

  1. Hukum, perintah, otoritas, dan kekuasaan
  2. Peribadatan, pengabdian, ketaatan, dan ketundukan kepada kekuasaan dan dominasi tertentu
  3. Agama, madzhab, tradisi, jalan, undang-undang, hukum, dan taklid.
  4. Pembalasan, imbalan, perhitungan, dan pemenuhan

Dari keempat makna tersebut, pada umumnya Islam hanya diartikan dengan arti nomor tiga, khususnya agama. Hal ini merupakan arti yang sempit, karena agama (bahasa Indonesia) atau religion (bahasa Inggris) dikonotasikan hanya kepada Tuhan, ibadah ritual, tempat ibadah, surga, neraka, kitab suci, dan nabi/rasul. Jadi, agama dipandang dengan hal-hal yang ghaib, tidak/kurang menyentuh hal-hal yang kongkrit dan keduniaan. Agama dipandang tidak berhubungan dengan politik, ekonomi, pendidikan, dan hukum, bahkan agama dianggap sebagai bagian dari kebudayaan. Hal tersebut merupakan pandangan tentang ad-diin yang sangat sempit.


Dalam bukunya yang berjudul “Filsafat, Ilmu dan Agama”, Endang Syaifudin Anshari menjelaskan tentang istilah “agama”, “religion”, dan “ad-diin”. Dari berbagai sumber kamus untuk mengkaji secara etimologis dia menemukan makna kata “ad-diin” tidak kurang dari 12 (dua belas) makna, seperti, “agama, adat kebiasaan, tradisi, watak/sifat, hukum/aturan, nasehat, hutang, janji, peribadatan/ketaatan, ketauhidan, balasan/imbalan, perhitungan.

Kata ‘Islam’ berasal dari kata aslama yang berarti menyerahkan diri (tunduk, patuh), yaitu aslama (fi’il maadhi – verb past – menyerahkan diri/to submit ) – yuslimu (fi’il mudhoori’ – verb present and future - menyerahkan diri/to submit ) – islaaman (mashdar – gerund – penyerahan diri/submission). Kata ‘Islam’ juga berasal dari kata salima yang berarti selamat.


Kata Islam adalah sikap tunduk, patuh, menyerahkan diri kepada Allah, Sang Pencipta alam, sehingga selamat di dunia dan akhirat. Pengertian ini berlaku untuk semua mahluk, tidak hanya manusia. Hal ini dinyatakan dalam sebuah ayat di al-Quran yang memuat kata aslama (menyerahkan diri). Ayat tersebut adalah, yang artinya, “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”(QS al-Imran 3:83).


Dengan kata lain, apakah kita akan mencari agama selain Islam (agama yang diridloi Allah), padahal seluruh isi alam jagat raya ini telah berislam kepada Allah. Allah menciptakan bumi dengan ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan) yaitu bulat, gravitasi, gerakan rotasi, dan gerakan revolusi. Bumi menyerahkan dirinya (ber-aslama, berislam) untuk tunduk-patuh kepada keinginan Allah itu, jadi bumi berislam kepada Allah dengan bulat – gravitasi – rotasi – revolusi (dengan ad-diinul-Islam-nya itu). Matahari berislam kepada Allah dengan bulat, rotasi, revolusi, energi panas, dan dengan pancaran sinarnya ke bumi. Api berislam kepada Allah dengan panasnya (dengan ad-diin-nya, panas merupakan ad-diinul-Islam untuk api). Es berislam kepada Allah dengan dinginnya (dengan ad-diin-nya, dingin merupakan ad-diinul-Islam untuk es). Lautan berislam kepada Allah dengan deru ombaknya (dengan ad-diin-nya, deru ombak merupakan ad-diinul-Islam untuk lautan). Burung-burung berislam kepada Allah dengan kepakan sayapnya ketika terbang (dengan ad-diin-nya, kepakan sayap merupakan ad-diinul-Islam untuk burung). Garam berislam kepada Allah dengan asinnya (dengan ad-diin-nya, asin merupakan ad-diinul-Islam untuk garam). Air berislam kepada Allah dengan cara memuai jika dipanaskan dan mengalir mengikuti gravitasi bumi (memuai jika dipanaskan dan mengalir mengikuti gravitasi merupakan ad-diinul-Islam untuk air). Dan sebagainya – dan seterusnya.


Bagaimana manusia berislam kepada Allah ? Allah menciptakaan manusia dengan ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan) yaitu struktur bagian tubuh, tata letak bagian tubuh, fungsi bagian tubuh, dan seluruh sistem yang ada di tubuh (system syaraf, pernafasan, pencernaan, perederan darah, otot, tulang eskresi/sekresi, hormone, dan sebagainya). Tubuh manusia menyerahkan dirinya (ber-aslama, berislam) untuk tunduk-patuh kepada keinginan dan ketentuan atau aturan Allah Sang Pencipta. So, mata manusia berislam kepada Allah dengan melihat, telinga berislam dengan mendengar, mulut berislam dengan bicara/makan-minum, hidung dengan membau, kaki dengan berjalan, otak dengan berpikir, jantung dengan mengurusi sistem peredaran darah, paru-paru dengan mengurusi sistem pernafasan, tulang dengan menopang tubuh, dan sebagainya.


Jadi, alam semesta ini muslim, yaitu subyek yang menyerahkan dirinya (aslama) untuk tunduk patuh kepada Sang Pencipta alam. Alam (termasuk di dalamnya manusia) mempunyai ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan), kemudian dengan ad-diin itu alam bersikap menyerahkan diri (aslama, berislam) kepada Allah al-Khaliq. So, ….. walahuu aslama man fis-samaawaati wal-ardh thau’an wa karha wa ilaihi yurja’uun (QS. al-Imraan 3:83). Itulah Islam alamiah, apa saja yang di alam semesta ini telah berislam kepada Allah ‘Azza wa Jallaa.


Manusia berislam kepada Allah tidak hanya dan tidak cukup hanya Islam alamiah, tetapi seluruh ummat manusia berislam juga harus dengan Islam syari’ah. Apa itu Islam syari’ah? Ikuti jawabannya pada Pengajian PDF seri Jum’at mendatang, Insya Allah.

(to be continued)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com