•01:31
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-80)
Jum’at, 11 December 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


MUSLIM PROFESIONAL

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Muslim professional adalah orang Islam yang benar-benar konsekuen dengan agamanya, yang dalam melakukan pekerjaannya (profesinya) mengikuti aturan agamanya.

Ciri-ciri muslim professional adalah :

1. Sebagai abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah (wakil Allah, mandataris Allah)

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS ad-Dzariyat 51:56)

2. Niat ikhlas karena Allah semata

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS al-Bayyinah 98:5)

Umar r.a. berkata bahwa Rasululah s.a.w. bersabda: "Bahwasanya semua amal itu tergantung pada niatnya, dan bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam hijrahnya itu" (HR Bukhari)

3. Berilmu tinggi

a. Ilmu imaniah

b. Ilmu amaliah

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS al-Israa 17:36)
Barang siapa yang menghendaki dunia maka baginya ada ilmunya, barang siapa menghendaki akhirat maka baginya ada ilmunya, dan barang siapa menghendaki keduanya maka baginya ada ilmunya (Hadits)

4. Beramal sholeh

a. Amal imaniah

b. Amal ilmiah (dan ilmu amaliah)

c. Amal karimah (akhlaqul-karimah)

d. Amal rahmah (rahmatan lil-‘aalamiin)

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga) (QS Saba’ 34:37)

Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui (QS az-Zumar 39:39)

5. Berakhlaqul-karimah

Sesunguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia (HR Baihaqi)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
http://dearestfriday.blogspot.com
•00:13
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-79)
Jum’at, 4 December 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


DUNIA INFORMASI (4) - SUMBER

Rowe (2005:175) mendefinisikan “sumber informasi” sebagai berikut:

A resource can be defined as something that supplies a want or as stock that can be drawn on. A narrow interpretation might restrict it to end products, i.e. specific documents, video clips, music, etc., and their data content. But the tool that discovers the end product, the site hosting it and for that matter the software underlying all these elements, are an integral part of the information supply process and can be seen as resources with their own culture and identity.

Sayles (1978) mendefinisikan “sumber informasi” dalam pandangan profesional sebagai berikut:

The world of information extends within and beyond the book, the library, the community. It exists in people, places and things. It surrounds us in every conceivable form. Accordingly, librarians and students should search for information within and beyond books and other formats, inside and beyond library, in and beyond the immediate community.

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa sumber informasi meliputi tiga hal, yaitu:

1. Dokumen informasi

Dokumen informasi adalah informasi yang tersimpan dalam dokumen cetak (seperti buku, jurnal, majalah, surat kabar, dsb.) maupun non cetak (seperti film, kaset, CD-ROM, VCD, dsb). Buku adalah karangan seseorang atau lebih tentang suatu ilmu yang terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab biasanya berkaitan satu dengan lainnya. Buku juga disebut dengan monograph karena ia adalah bentuk karangan dalam satu disiplin ilmu tertentu dan diterbitkan tidak berseri secara rutin namun setiap tahunan.

2. Tempat informasi

Tempat informasi adalah tempat-tempat di mana seseorang memperoleh informasi tertentu, misalnya perpustakaan, rumah sakit, pasar, kantor polisi, kantor, kampus, dsb. Perpustakaan menyediakan informasi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan masyarakat umum. Rumah sakit menyediakan informasi tentang kesehatan, obat, pasien, penyakit, dsb. Pasar menyediakan informasi tentang barang dagangan, harga barang, penjual, pembeli, dsb. Kantor polisi meyediakan informasi tentang peraturan lalu lintas, pembuatan SIM (surat ijin mengemudi), kriminalitas, dsb.

3. Media informasi

Media informasi adalah media yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi seperti televisi, radio, internet, dsb. Televisi memuat informasi (suara dan gambar) dalam program-program acaranya, demikian juga radio (namun informasi suara saja). Internet memuat berbagai informasi (teks, suara, gambar, dan angka) yang dibutuhkan oleh manusia.



Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
•02:31
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-78)
Jum’at, 27 Nopember 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


DUNIA INFORMASI (3) - KUALITAS

Informasi yang berkualitas baik memenuhi criteria atau indikator sebagai berikut:

  1. Benar dan akurat (right, valid, accurate). Informasi harus benar dan tepat sesuai dengan realitas yang ada.
  2. Jelas. Informasi harus jelas bahasanya, isinya, dan tulisannya, sehingga mudah dipahami
  3. Lengkap. Informasi harus lengkap, mendetail, mencakup banyak aspek
  4. Konsisten. Informasi harus konsisten dengan kebenaran
  5. Relevan, sesuai dengan kebutuhan. Informasi harus sesuai dengan apa yang diinginkan atau dibutuhkan
  6. Nilai guna dan tujuan positif. Informasi harus bermanfaat dan bertujuan baik
  7. Sumber yang jelas dan bertanggung jawab. Sumber informasi harus dapat dipercaya dan dipertanggung-jawabkan
  8. Kemudahan akses. Informasi harus mudah diperoleh dan disebarkan
  9. Membantu. Informasi yang baik adalah membantu seseorang dalam menghadapi problem
  10. Sering muncul (diulang-ulang). Informasi yang baik hendaknya diulang-ulang untuk disampaikan

Pemerintah Scotland, dalam the Guide to the Production and Provision of Information about Health and Healthcare Interventions, menyebutkan bahwa informasi yang berkualitas baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Clearly state what they are about and whom they are for
  2. Are relevant to the people for whom they are intended
  3. Are accurate and consistent with up-to-date research evidence
  4. Are accessible, comprehensible and acceptable to the people for whom they are intended
  5. Support patient-focused healthcare
  6. Are designed to achieve their particular aims
  7. Help people to identify further sources of information and support
  8. Help people to judge the quality of the information provided.

(Source: http://www.scotland.gov.uk/Publications/2003/10/18378/28154

 
- accessed in 6th of August 2009)

  1. Jelas menyatakan tentang apa dan untuk siapa
  2. Relevan (sesuai) dengan keinginan orang yang dituju
  3. Akurat dan konsisten denagn bukti riset terbaru
  4. Dapat diakses, dipahami, dan diterima oleh orang yang dituju
  5. Mendukung kesehatan pasien
  6. Didesian untuk mencapai tujuan tertentu
  7. Membantu orang untuk menentukan sumber informasi dan dukungan selanjutnya
  8. Membantu orang untuk menentukan kualitas informasi yang tersedia

 

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri? Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS Fushilat 41:33-34)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS an-Nahl  24:125)



Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]
•16:56
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-76)
Jum’at, 13 Nopember 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


DUNIA INFORMASI (1) - KONSEP

Kecenderungan masyarakat sekarang membentuk pola hidup masa kini dan masa depan. Kecenderungan itu adalah pergeseran dari ekonomi industri ke ekonomi informasi. Dalam ekonomi industri kapital merupakan sumber yang sangat strategis; sedangkan dalam ekonomi informasi, sumber yang paling strategis adalah informasi itu sendiri. Pada era global informasi menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. Mereka yang dapat menguasai ekonomi informasi akan menjadi pemenang dalam persaingan hidup. Misalnya, informasi yang disebar-luaskan surat kabar dapat memberi kekuatan masyarakat untuk semakin peka terhadap lingkungan, semakin kritis terhadap fenomena sosial, dan semakin waspada terhadap penyimpangan pembangunan.

Pergeseran pola hidup tersebut menunjukkan bahwa saat ini masyarakat, khususnya masyarakat kampus, telah menjadi masyarakat informasi (Information society). Information society ditandai dengan kesadaran masyarakat tentang nilai informasi (information awareness), ledakan jumlah informasi (information bombing), kebutuhan informasi (information need), dan cara-cara efektif - effisien dalam melacak informasi (information retrieval). Information awareness dapat dilihat di berbagai tempat anggota masyarakat membaca koran / majalah dan di warnet-warnet (warung internet) mereka mencari informasi lewat internet. Information bombing dapat diketahui dengan semakin marak penerbitan buku, koran, majalah, tabloid, dsb., dan menjamurnya internet yang menyediakan samudra informasi yang begitu luas. Information need seseorang didasarkan pada kebutuhan (kepentingan) dan keahlian (keilmuan)-nya. Information retrieval harus dilakukan secara efektif dan efisien karena ledakan informasi yang dahsyat dan meluas.

Setiap orang pasti membutuhkan informasi menurut ilmu, ketrampilan, minat, fungsi, budaya, pekerjaan, hobi, maupun ideologinya. Apa yang disebut informasi? Istilah ”informasi” tidak bisa dilepaskan dengan istilah ”fakta”, ”data”, ”ilmu pengetahuan”, dan ”berita”. Istilah-istilah tersebut dapat digambarkan dengan skema berikut:




Fakta adalah apa saja yang nyata atau ghaib, yang bisa ditangkap oleh indra manusia atau yang tidak dapat ditangkap (sehingga cukup diyakini dalam hati). Benda-benda, situasi, kondisi, tempat, dan kejadian di sekitar kita adalah fakta, misalnya fakta manusia, hewan, tumbuhan, tanah, air, api, jalan, kursi, meja, pulau, pasar, sekolah, dsb-dsb.

Data adalah fakta-fakta yang diorganisir secara sistematis sehingga bernilai atau bermanfaat, baik dalam konteks ruang (tempat), waktu, jumlah, sifat. kualitas, proses, struktur, maupun fungsi, misalnya data tentang jumlah siswa (seperti 30 siswa) yang belajar di suatu kelas (contoh ini berasal dari fakta manusia, ruangan/tempat, dan benda-benda yang ada di kelas). Contoh lain adalah data tentang kerusakan bangunan akibat dari bencana gempa bumi (contoh ini berasal dari fakta tempat, waktu, bumi, tanah, batu, manusia, dsb.)

Informasi adalah gambaran atau penjelasan suatu data (fakta terorganisir yang bernilai) yang disampaikan ke orang lain dengan media dan tujuan tertentu, baik dalam konteks ruang (tempat), waktu, jumlah, sifat. kualitas, proses, struktur, maupun fungsi. Apa yang ditulis di koran adalah informasi. Apa yang dilihat di TV adalah informasi. Apa yang disampaikan guru di kelas adalah informasi. Lester and Koehler dalam bukunya Fundamentals of Information Studies: Understanding Information and Its Environment (2003:16-17) mengumpulkan banyak definisi informasi, misalnya:

1. Information is data that have been organized and communicated (according to Marc Porat).

2. Information is a record of resolved uncertainty (according to Richard Derr).

3. Information denotes any stimulus that alters cognitive structure in the receiver (according to William Paisley).

4. Information is the cognitive state of awareness (as being informed) given representation in physical form (data). This physical representation facilitates the process of knowing (according to Debons, Horne, and Cronenweth).

5. Information is a process that occurs that shapes our inward images (according to Allan Pratt).

Ilmu pengetahuan adalah informasi sistematis yang secara epistemologis disusun rapi agar memenuhi syarat-syarat disebut ilmu yaitu mempunyai obyek (formal, material), tujuan (fungsional, konseptual, dan praktis), metodologi (pendekatan, strategi, metode, teknik), teori dan konsep (theory yaitu interrelated concepts yang mencakup etymology, terminology, definition, dan proposition – interrelated data), dan merupakan suatu system (satu kesatuan dari berbagai bagian yang tersusun rapi).

Berita adalah sesungguhnya juga informasi, hanya saja informasi yang belum pernah didengar atau dilihat (yang baru pertama kali), yang menarik perhatian, yang mengejutkan, dan yang sangat penting disampaikan. Jika suatu informasi itu diulang-ulang sehingga sering didengar atau dilihat, maka informasi tersebut tidak bias lagi dikatakan berita (“itu bukan berita lagi karena sudah sering dan banyak orang tahu”). Berita berisi informasi. Informasi dapat berupa berita. Informasi dapat juga berupa ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berisi informasi yang ilmiah.

Chaim Zins (2007: 479–493) dalam artikelnya berjudul Conceptual approaches for defining data, information, and knowledge mengumpulkan banyak definisi data, informasi, dan ilmu pengetahuan, misalnya:

1. According to H.M. Gladney:

Data are representations of facts about the world. Information is data organized according to an ontology that defines the relationships between some set of topics. Information can be communicated. Knowledge is a set of conceptual structures held in human brains and only imperfectly represented by information that can be communicated. Knowledge cannot be communicated by speech or any form of writing, but can only be hinted at.

2. According to Donald Hawkins:

Data are facts and statistics that can be quantified, measured, counted, and stored. Information is data that has been categorized, counted, and thus given meaning, relevance, or purpose. Knowledge is information that has been given meaning and taken to a higher level. Knowledge emerges from analysis, reflection upon, and synthesis of information. It is used to make a difference in an enterprise, learn a lesson, or solve a problem.

3. According to Ken Herold:

Data are dynamic objects of cultural experience having the aspect of being meaning-neutral and a dual nature of description and instruction. Information is dynamic objects of cultural experience having the aspect of being belief-neutral and a dual nature of content and medium. Knowledge is dynamic objects of cultural experience having the aspect of being action-neutral and a dual nature of abstracting to and from the world.

4. According to William Hersh:

Data are the raw observations about the world collected by scientists and others, with a minimum of contextual interpretation. Information is the aggregation of data to make coherent observations about the world. Knowledge is the rules and organizing principles gleaned from data to aggregate it into information


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]
•22:33
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-75)
Jum’at, 6 Nopember 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


TEKNOLOGI INFORMASI PERPUSTAKAAN

Perpustakaan adalah bagian lembaga pendidikan yang mengurusi pengumpulan, pelestarian, pengolahan, pemanfaatan, dan penyebarluasan informasi, untuk mendukung, memperlancar serta mempertinggi kualitas proses belajar mengajar. Dari segi proses pelayanan yang sesuai dengan tujuan tersebut di atas, perpustakaan berfungsi sebagai pusat pelayanan informasi (information service centre). Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pelayanan informasi untuk program pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dari segi pelaksanaan program, perpustakaan mempunyai fungsi yang bersifat akademis-edukatif dan administratif-teknis.


Pertanyaan yang perlu dijawab adalah ‘mengapa orang atau lembaga (termasuk perpustakaan) memerlukan investasi dalam bentuk teknologi informasi? Jawaban pertanyaan tersebut adalah, menurut pendapat M.H. Earl, sebagaimana dikutip oleh Peter Zorkoczy (1990:55):

  1. to gain competitive advantage (memperoleh keunggulan kompetitif)
  2. to improve productivity and performance (meningkatkan produktifitas dan penampilan)
  3. to facilitate new ways of managing and organizing (memfasilitasi cara baru mengatur dan mengorganisir)
  4. to develop new business (mengembangkan bisnis baru)

Teknologi informasi akan memberi keunggulan kompetitif (keunggulan karena persaingan) dalam hal kecepatan, kualitas, dan hasil yang lebih bagus. Produktifitas akan meningkat dalam kuantitas maupun kualitas dengan menggunakan teknologi informasi yang menawarkan cara baru (secara elektronik) dalam mengatur dan meorganisir pekerjaan.Selain itu, teknologi informasi mampu mengembangkan bisnis baru atau layanan-layanan baru.


Menurut Department of Trade and Industry, Great Britain (Depatemen Perdagangan dan Industri Inggris), pengertian teknologi informasi (information technology) adalah sebagai berikut :

Information technology is the acquisition, processing, storage, dissemination, and use of vocal, pictorial, textual, and numerical information by a microelectronics-based combination of computing and telecommunication (Martin, 1988:24).
(Teknologi informasi ialah pemasukan, pemrosesan, penyebaran, dan penggunaan informasi suara, gambar, teks, dan angka, dengan menggunakan kombinasi antara komputer dan telekomunikasi yang berbasis mikroelektronik)
.

Dari definisi tersebut, diketahui bahwa teknologi informasi mempunyai lima aktifitas, yaitu memasukkan (acquisition), memproses (processing), menyimpan (storage), menyebarkan (dissemination), dan menggunakan (use) berbagai bentuk informasi seperti angka, teks, gambar, dan suara. Aktifitas tersebut dilakukan dengan menggunakan alat komputer, telekomunikasi, atau gabungan keduanya. Dengan demikian, teknologi informasi dapat berwujud komputer multimedia yang berakses internet, televisi, telepon, telegrap, teleprinter, teleconference, faksimil, dan radio, yang aplikasinya tidak lepas dari penggunaan satelit.



Teknologi Informasi di Perpustakaan

Teknologi informasi di perpustakaan berarti upaya otomasi seluruh fungsi perpustakaan yang meliputi akuisisi (acquisition), inventarisasi (inventarisation), klasifikasi (classification), katalogisasi (catalogisation), sirkulasi (circulation), dan katalog komputer (OPAC – Online Public Access Catalogue). Selain itu, teknologi informasi juga dapat menghubungkan perpustakaan dengan dunia luar perpustakaan. Di perpustakaan aplikasi teknologi ini dapat berupa faksimil, telepon, televisi, dan komputer.


Penggunaan faksimil dan telepon sudah sangat pepuler sebagai alat komunikasi. Televisi (TV) perlu disediakan di perpustakaan sebagai sumber informasi yang dapat diakses para pemakainya. TV juga dapat digunakan sebagai sarana pendidikan di perpustakaan dan sarana hiburan. Acara TV yang bersifat informatif (seperti berita) dan edukatif (seperti mimbar agama, pelajaran sekolah) sangat bermanfaat bagi mereka.


Komputer di perpustakaan hendaklah merupakan komputer multimedia dan berakses internet atau jaringan komputer global (WAN – Wide Area Network), selain jaringan lokal (LAN – Local Area Network). Komputer multimedia memungkinkan para pemakai perpustakaan untuk mengakses CD-ROM (Compact Disc Read Only Memori), CD musik, atau VCD (Video Compact Disc) untuk film.


Internet (singkatan internetwork) adalah sekumpulan jaringan komputer yang terdiri dari sejumlah jaringan yang lebih kecil yang mempunyai sistem jaringan yang berbeda-beda. Internet bersifat global (mendunia) sehingga disebut juga international network, yaitu jaringan komputer yang berskala internasional yang dapat diakses dari berbagai penjuru dunia. Internet menawarkan beberapa layanan seperti electronic mail (Email), browsing, dan chatting.


Email
adalah surat yang dapat ditulis dan dikirim secara elektronik dengan menggunakan komputer yang berakses internet. Alamat pengirim dan yang dikirim menggunakan alamat Email, bukan alamat rumah atau sekolah, seperti
muhtar.perpus@unissula.ac.id ; muhtaras64@yahoo.co.id . Browsing ialah fasilitas internet untuk memperoleh berbagai informasi yang disediakan oleh websites di seluruh dunia, seperti www.unissula.ac.id
; www.ugm.ac.id
; www.depdiknas.gov.id
; www.bps.gov.id
; www.republika.co.id
; www.suaramerdeka.co.id
; www.rcti.co.id
dan sebagainya. Chatting yaitu fasilitas internet untuk ngobrol (bercakap-cakap) jarak jauh antara seseorang dengan orang lain melalui komputer.


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan (dipersiapkan) untuk aplikasi teknologi informasi di perpustakaan adalah sebagai berikut :

  1. Pertimbangan kebutuhan dan kemanfaatan
  2. Pertimbangan finansial (dana, biaya)
  3. Pertimbangan sumber daya manusia
  4. Pertimbangan hardware (perangkat keras)
  5. Pertimbangan software (perangkat lunak)
  6. Pertimbangan daya dukung dari berbagai pihak, dan sebagainya

Teknologi informasi berdampak terhadap kehidupan manusia, baik dampak positif (keuntungan) maupun dampak negatif (kerugian). Dampak positif (keuntungan) teknologi informasi antara lain adalah :

  1. Hemat waktu dan tenaga
  2. Pekerjaan dilakukan lebih efektif dan efisien
  3. Hasil pekerjaan lebih menarik (memuaskan)
  4. Penampilan (perfomance) akan lebih baik/menarik
  5. Kehidupan manusia serasa lebih nyaman.

Adapun dampak negatif teknologi informasi adalah:

  1. Tenaga manusia digusur teknologi
  2. Penurunan sikap sosial seseorang .
  3. Teknologi dapat melahirkan dekadensi moral
  4. Teknologi melahirkan akulturasi (percampuran budaya)
  5. Biaya tinggi (walaupun sifatnya relatif)

Akhirnya, penulis menyimpulkan bahwa teknologi informasi merupakan tuntutan jaman yang perlu diikuti dan diantisipasi agar tidak ketinggalan jaman. Perpustakaan sebagai sumber informasi ilmiah untuk lembaga pendidikan perlu menerapkan teknologi informasi dalam bentuk faksimil, telepon, televisi, dan komputer. Walaupun teknologi informasi itu berbiaya tinggi, pengadaan dan penerapannya perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti atasan (seperti kepala sekolah), seluruh staf, dan siswa.


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]
•02:35
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-74)
Jum’at, 30 Oktober 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


PERPUSTAKAAN YANG ISLAMI (3) - Perpustakaan Masjid

Ditinjau dari segi historis, perpustakaan masjid telah muncul sejak abad VII atau VIII Masehi. Beberapa perpustakaan masjid telah dirintis pertama kali pada waktu itu di Afrika Utara dan Spanyol. Pada antara tahun 670 M (50 H) dan 680 M (60 H) di Tunisia telah dibangun sebuah masjid bernama Qayrawan (juga nama sebuah kota) oleh seorang pimpinan militer bernama Uqba Ibn Nafi. Masjid Qayrawan menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan yang terpenting di Afrika Utara Saat itu. Pada bagian ruangannya, yang digunakan sebagai perpustakaan, terdapat banyak koleksi buku dan musyhaf al-Quran hasil sumbangan dari para ulama (sarjana) atau pimpinan negara seperti Hamza al-Andari, al-Muiz Ibn Badis, dan Ahmad Abi Ayub.


Di kota Tunis juga dibangun masjid Zaytuna pada sekitar tahun 699 M (80 H), yang sekarang dikenal sebagai Universitas Zaytuna, oleh Hassan Ibn al-Numan ; Kemudian diperluas oleh Ubaidillah Ibn al-Habhab pada tahun 734 M (116 H). Masjid ini mempunyai dua perpustakaan : perpustakaan Abdaliya dan Ahmadiya. Perpustakaan Abdaliya pada mulanya terpisah dengan masjid tetapi kemudian digabungkan dengan bangunan masjid. Perpustakaan ini juga dikenal dengan nama Sadiqiya, dibangun oleh raja Hafside yaitu Abu Abdullah Muhammad Ibn al-Husain. Koleksi perpustakaan ini lebih dari 5000 manuskrip, yang sekarang menjadi milik Arsip Nasional Tunisia. Perpustakaan yang terbesar dan mempunyai koleksi terpenting di masjid Zaytuna adalah perpustakaan Ahmadiya. Perpustakaan ini berlangsung 'hidup' sampai pada periode pemerintahan Hafside (1227 - 1574 M). Koleksinya mencapai puluhan ribu ; Yang paling terkenal sebagai penyumbang adalah Abu Faris Abdul Aziz yang pada tahun 1394 M (797 H) menyumbang perpustakaan Ahmadiya sebanyak 36.000 buah buku.


Ketika Islam menduduki Spanyol (711 - 1492 M), banyak dibangun masjid beserta perpustakaannya. Salah satu yang paling terkenal adalah masjid agung Cordoba, yang dibangun pada tahun 786 M (170 H) oleh raja Umayyah yaitu Abdur Rahman. Sewaktu dibuka perpustakaan masjid ini telah mempunyai sejumlah besar koleksi. Namun sayang, koleksi yang banyak dan sangat berharga ini dihancurkan (dibakar) oleh Raja Ferdinand II saat penyerbuan ke kota pada tahun 1236 M (634). Salah satu yang dibakar adalah kopi Musyhaf Ustmani yang ditulis oleh Khalifah ketiga Ustman Ibn Affan (meninggal tahun 656 M / 36 H). Perpustakaan masjid yang lain di Spanyol adalah perpustakaan masjid Byazin di kota Valencia, masjid agung Malaga, masjid agung Seville, dan sebagainya.


Di Damascus juga terdapat banyak perpustakaan masjid ; misalnya, perpustakaan masjid Umayyad, yang dibangun oleh khalifah Bani Umayyah yaitu Walid Ibn Abdul Malik pada tahun 714 M / 96 H. Masjid Umayyad menjadi kebanggan besar masyarakat Damascus. Perpustakaan masjid ini membawahi beberapa perpustakaan di sekolah-sekolah seperti perpustakaan Samisatiya (aktif sampai tahum 1421 M / 824 H), perpustakaan Bait al-Khitaba (masih aktif pada tahun 1609 M / 1018 H), perpustakaan Fadiliya (dibangun oleh Ibn al-Qadi al-Fadil Ahmad al-Baiqani, meninggal tahun 1245 M / 643 H), dan perpustakaan Qubbat al-Mal (yang ditutup pada tahun 1899 M / 1317 H). Perpustakaan lain di Damascus adalah perpustakaan masjid Darb al-Madaniyyin, yang aktif semasa sejarawan besar Ibn Asakir hidup (meninggal tahun 1175 M / 571 H) dan perpustakaan masjid Yalbagha, yang dibangun pada tahun 1443 M / 847 H oleh raja Mamluke yaitu Yalbagha al-Umari.


Masih banyak perpustakaan masjid lainnya seperti di Marocco, Mesir, Iraq, Libya, Algeria, dan sebagainya. Sehubungan dengan sejarah perkembangan perpustakaan masjid, Mohamed Makki Sibai menulis lebih detail dalam bukunya yang berjudul Mosque Libraries : an Historical Study (1987).



Mengembangkan Perpustakaan Masjid

Masjid adalah sebuah kata berbahasa Arab yang berarti tempat sujud ; Tetapi masjid tidak bermakna sesempit itu. Sejak jaman Rasulullah saw., masjid telah memainkan peranan peribadatan, pendidikan, sosial, dan bahkan politik. Dengan kata lain, masjid bukan hanya sebagai tempat shalat tetapi juga tempat belajar, tempat rapat, dan tempat berkumpulnya masyarakat. Perpustakaan masjid merupakan manifestasi dari peranan pendidikan dan sosial masjid.


Kesadaran ummat Islam terhadap pendidikan, buku, ataupun perpustakaan telah dirintis sejak kurang lebih 14 abad yang lalu, ketika Rasulullah saw. menerima kalimah wahyu pertama Iqra (bacalah) dalam al-Quran surat al_'Alaq ayat 1 - 5. Wahyu pertama ini membawa perubahan besar pada kehidupan manusia sampai saat ini. Perubahan dari budaya "ngomong" (oral culture) lalu berkembang menjadi budaya baca-tulis. Oleh karena itu, kehadiran perpustakaan masjid tidak bisa ditunda.


Pada dasarnya membangun dan mengembangkan perpustakaan masjid tidaklah berbeda dengan membangun dan mengembangkan perpustakaan jenis lain. Walaupun demikian, perpustakaan masjid mempunyai spesifikasi tersendiri, yang terlihat pada jenis koleksi, manajemen, pengelola, maupun pemakai. Hal-hal tersebut yang akan dapat membedakan dengan perpustakaan jenis lain. Lokasi perpustakaan, seharusnya bergabung atau satu areal dengan masjid, juga menjadi ciri khas.


Spesifikasi koleksi perpustakaan masjid menjadi ciri khas yang utama. Ciri khas tersebut adalah bahwa koleksi perpustakaan masjid pasti berkenaan dengan agama Islam, misalnya buku-buku tentang al-Quran, al-Hadits, Fiqih, Tauhid, Bahasa Arab Sejarah Islam, Pendidikan Islam, dan sebagainya. Hal ini bukan berarti bahwa perpustakaan masjid menutup kemungkinan adanya koleksi jenis lain. Jauh lebih baik apabila perpustakaan masjid juga menyediakan koleksi reference (seperti kamus, enciklopedi, peta, dsb.), buku-buku tentang "pengetahuan umum" (misalnya tentang Sosiologi, Psikologi, Sejarah, Ekonomi, Pendidikan, dsb.), majalah ataupun surat kabar, dan koleksi bukan cetakan (kaset, mikro film, CD, dsb.). Tentu saja untuk memenuhi koleksi lengkap tersebut memakan waktu dan uang.


Beberapa pertanyaan sehubungan dengan koleksi perpustakaan masjid perlu direnungkan. Misalnya, Apakah isi koleksinya sesuai dengan ajaran Islam? (Tentunya koleksi yang selaras dengan ajaran Islam yang dipilih); Apakah koleksi tersebut benar-benar dibutuhkan oleh para pemakai (khususnya jama'ah masjid)? Apakah materi dalam koleksi itu faktual, akurat, dan up-to-date? Apakah jenis koleksinya memenuhi tingkat umur pemakai, misalnya untuk anak-anak, muda-mudi, dan dewasa? Apakah penampilan koleksi menarik pemakai untuk membacanya? Apakah kondisi keuangan memungkinkan untuk membeli buku-buku koleksi? Apakah memerlukan bantuan pihak lain dalam memenuhi koleksi? dan sebagainya.


Manajemen perpustakaan masjid sering menjadi masalah, baik manajemen koleksi, keluar-masuk buku, maupun pengelolanya. Manajemen koleksi mencakup pengelolaan ilmu dan penempatan koleksi pada perpustakaan masjid. Pengelolaan ilmu dalam perpustakaan masjid dilakukan dengan pembagian (klasifikasi) koleksi dan pemberian kode-kode pada masing-masing koleksi, sehingga memudahkan para pemakai dalam membedakan dan mencarinya.


Dalam hal ini, Ziauddin Sardar (buku: Islam: Outline of a Classification Scheme, 1979) memberi contoh detail klasifikasi ilmu dalam agama Islam. Dia membaginya dalam empat besar: Pre-Main Classes, Main Classes, Post Classes, dan Auxiliary Schedules. Dalam bagian pertama, dia mengklasifikasi agama secara umum (sebelum Islam), yaitu agama (A), agama pra-Judaisme (B), Judaisme (C), dan (D) Kristen. Pada bagian kedua (klas utama), dia membagi dalam 16 bagian seperti Islam (E), al-Quran (F), al-Hadits (G), Muhammad (H), Iman (I), Filsafat (J), dan seterusnya sampai V (Isu aktual). Dalam bagian ketiga dia membagi menjadi tidak : kelompok/aliran minoritas (W), aliran filsafat masa kini (X), dan masalah lain (Y).
Pada bagian terakhir dia menyebutkan waktu (1), geografis (2), bahasa (3), dan bibliography (4). Masing-masing bagian tersebut di atas dibagi-bagi lagi ke yang lebih detail. Masing-masing bagian yang lebih detail itu diberi kode-kode khusus, sesuai dengan klasifikasinya. Jenis klasifikasi lain adalah Universal Islamic Classification, yang ditulis oleh Ghaniul Akram Sabzwari (Pakistan Library Bulletin 13(2), 1982, p.1-20).


Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah: daftar koleksi harus ada, buku catatan peminjaman (keluar-masuk buku dan peminjam) harus dibuat, demikian juga kartu peminjaman koleksi perpustakaan masjid. Penempatan koleksi harus menunjukkan kerapian, kebersihan, keteraturan, dan klasifikasi yang tepat, sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam agama Islam.


Untuk membangun dan mengembangkan perpustakaan masjid, pengurus (takmir) masjid harus membentuk satu komite yang terdiri dari beberapa orang untuk mengurus perpustakaan. Anggota komite harus memenuhi beberapa persyaratan: misalnya, harus bersedia meluangkan waktunya di jalan Allah (melayani jama'ah masjid), mempunyai pengetahuan dan atau ketrampilan dalam mengelola perpustakaan, bersedia mempromosikan dan mengembangkan perpustakaan masjid, mempunyai motivasi Islam yang kuat, dan tentunya berakhlak mulia.


Pemakai perpustakaan masjid secara khusus adalah para jama'ah masjid. Kaum muslimin yang tinggal di sekitar masjid hendaknya menjadi anggota wajib. Walaupun demikian, perpustakaan masjid seyogyanya membuka kemungkinan bagi non-muslim untuk memakainya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai Rahmatan-lil-aalmiin, Islam sebagai rahmat bagi seluruh isi alam semesta.


Masalah keuangan sering menjadi kendala utama, terlebih di negara-negara yang sedang berkembang (yang mayoritas penduduknya muslim). Sebenarnya uang bukanlah segalanya. Kaum muslimin hendaknya bertolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa. Organisasi-organisasi (yang mengaku Islam), orang-orang kaya (yang mengaku Islam), dan orang-orang pandai (yang mengaku Islam) hendaklah mendukung pembangunan dan pengembangan perpustakaan masjid, hendaklah menyumbangkan tenaga, pikiran, maupun uang untuk jalan kebaikan itu. Selain itu, tentunya pengurus masjid juga berusaha melahirkan aktifitas produktif sebagai sumber keuangan perpustakaan masjid.



Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]