•12:24
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-67)
Jum’at, 11 September 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


METODE PENGAJARAN IBADAH

Menurut al-Quran surat adz-Dzaariyaat ayat 56, tugas (kewajiban) manusia hidup di dunia adalah beribadah kepada Allah SWT. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku", demikian firman Allah SWT. Aksioma (kepastian) ayat tersebut berlaku bagi semua manusia di mana pun bera¬da. Hal ini berarti tuntutan untuk mengabdi (beribadah) kepada Allah adalah suatu kepastian yang tidak dapat diubah.

Ibadah merupakan suatu proses yang harus dipelajari, karena manusia memerlukan ilmu untuk melaksanakan ibadah dan bahkan untuk melaksanakan semua aktifitas kehidupan di dunia. Manusia, yang menurut al-Quran surat an-Nahl ayat 78 dilahirkan dalam keadaan "tidak mengetahui apapun", mempunyai banyak kemungkinan untuk dikembangkan. Salah satu hal yang dapat dikembangkan adalah "potensi ketauhidan" yang dibawa sejak dalam kandungan, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat al-A'raaf ayat 172. Ayat tersebut berisi dialog kontrak perjanjian ketauhidan antara manusia dengan Tuhannya. Pengabdian manusia kepada Allah merupakan tindak lanjut (follow up) atau "pengembangan" dari kontrak perjanjian ketauhidan yang telah dilakukan manusia.

Oleh karena pelaksanaan ibadah memerlukan ilmu, seorang hamba Allah harus mempelajari mekanisme ibadah agar mencapai peribadatan yang ideal menurut Tuhan. Realitas empirik menunjukkan bahwa masih ada manusia yang beribadah kepada Tuhannya menurut aturannya sendiri, tidak menurut contoh Nabi sebagaimana diperintahkan oleh Allah. Dengan demikian, muncullah penyimpangan peribadatan seperti adanya trinitas, menyembah Tuhan melalui "oknum" (patung, kuburan, pohon besar, gunung, dan sebagainya) dan bahkan tidak diperhamba Tuhan tetapi diperhamba oleh harta, uang, atau teknologi.

Fenomena penyimpangan peribadatan itu akan lebih tragis lagi jika terjadi pada anak didik (khususnya para siswa yang muslim). Anak didik memerlukan pemahaman tentang ibadah yang benar menurut Allah SWT agar tidak terjadi penyimpangan. Dalam hal ini para orang tua maupun guru agama Islam dituntut untuk mengantisipasinya. Mereka dituntut untuk mengarahkan anak didik agar tetap di jalan yang benar. Mereka dituntut untuk memberi penjelasan yang benar tentang ibadah (shalat, puasa, zakat, haji, berbakti pada orang tua, dan sebagainya), sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Permasalahan yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mengantisipasi hal tersebut dan metode apa yang dimungkinkan tepat untuk mengatasinya.

Dalam bahasa Inggris metode adalah method yang artinya system (sistem) ataupun way of doing something (cara melakukan sesuatu) (Hornby, 1986:533). Sistem adalah rangkaian dari beberapa bagian yang saling berhubungan secara interdependensi (saling bergantung) dan rangkaian itu berproses untuk memberi hasil (output).

Menurut Koentjaraningrat, metode adalah cara atau jalan; yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977:16). Ilmu yang mempelajari metode adalah metodologi. Metodologi berasal dari bahasa Yunani metodos (cara, jalan) dan logos (ilmu, Tuhan). Metodologi adalah cara melakukan sesuatu, dengan menggunakan pikiran yang seksama, untuk mengetahui dan mengerti tentang ilmu yang sedang dikaji berdasarkan bimbingan Tuhan (Cholid Narbuko 1987:17).

Sehubungan dengan pengajaran agama Islam dengan sub-bahasan tentang ibadah (shalat, puasa, zakat, haji, dan thaharah), ada beberapa metode yang dimungkinkan tepat untuk digunakan. Metode yang dimaksud adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode peragaan, metode pemberian tugas, dan metode keteladanan.

1. Metode Ceramah

Metode ceramah, yang juga disebut dengan metode tabligh atau monologis, adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru secara lisan kepada para siswanya dengan maksud memberitahu, menjelaskan, atau memberi petunjuk tentang bahan pelajaran dalam waktu dan ruangan yang sama.

Metode ceramah digunakan hampir pada setiap pengajaran. Metode ceramah perlu digunakan dalam pengajaran ibadah. Ruang lingkup dan pelaksanaan ibadah, terutama ibadah yang khusus, telah dibakukan oleh Allah melalui Rasul-Nya, sehingga memerlukan penjelasan secara benar sesuai dengan contoh Rasul. Penjelasan yang benar inilah merupakan tuntutan bagi guru untuk menggunakan metode ceramah. Jika penjelasan guru tidak benar, maka akan berpengaruh terhadap penghayatan dan pengamalan ibadah anak, sehingga ibadah anak itu syah atau tidak dapat diragukan. Apabila ibadah seseorang itu tidak benar (tidak syah), kemungkinan besar amalan ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah.

Kebaikan metode ceramah adalah guru dapat menghemat waktu dan tenaga, selain metode ceramah adalah metode yang paling praktis dan efisien. Hal ini sangat menguntungkan bagi guru yang sibuk, apalagi jika bahan yang disampaikan banyak sedangkan waktunya sangat terbatas.

Adapun kelemahan metode ceramah adalah guru cenderung memborong semua keterangan atau mendominasi suasana kelas. Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah, khususnya dalam pengajaran ibadah, karena penjelasan ibadah harus diberikan oleh orang yang benar-benar paham. Kelemahan yang lain adalah hampir sebagian besar waktu untuk guru, sedangkan anak-anak pasif menerima. Kelemahan kedua ini dapat diatasi dengan menggunakan metode lain.

2. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab untuk mengetahui apakah ingatan anak dapat menguasai pelajaran yang disampaikan. Dalam hal ini guru harus memberikan kesempatan bertanya pada anak, sehingga anak dapat mengungkapkan kesulitan atau permasalahan yang sedang dihadapi, khususnya tentang pelajaran yang disampaikan. Metode tanya jawab akan merangsang anak untuk kreatif atau berani mengungkapkan pendapat.

Sehubungan dengan hal tersebut seorang guru harus menguasai masalahnya, harus memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengajukan pikiran, pendapat, atau kritiknya. Hendaknya guru mengarahkan obyek pertanyaan agar tetap pada pelajaran yang dibahas, sehingga pertanyaan anak didik tidak melantur ke mana-mana atau keluar dari pokok masalah.

Kebaikan metode tanya jawab adalah mempererat hubungan keilmuan antara guru dan murid, melatih anak didik mengeluarkan pendapatnya secara merdeka sehingga pelajaran akan lebih menarik, dan menanggulangi verbalisme (asal bicara), individualisme (egois), dan intelektualisme (sok pandai) dalam metode ceramah.

Kelemahan metode tanya jawab adalah mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas. Hal ini dapat diatasi dengan pengarahan guru. Apabila guru tidak waspada, maka dialog (perdebatan) dapat beralih pada sentimen pribadi atau "debat kusir" (debat yang tidak mengarah atau tidak ilmiah). Hal yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua anak mampu mengajukan pertanyaan atau pendapat. Oleh karena itu guru harus mendorong anak yang tidak mampu tersebut agar dapat ikut berbicara.

3. Metode Peragaan

Metode peragaan dapat disebut juga dengan metode pengamalan (praktek) atau metode demonstrasi. Metode peragaan adalah metode yang dilakukan dengan memperagakan dengan alat atau mempraktekkan pelajaran yang diberikan. Metode ini digunakan pada pelajaran yang dimungkinkan dapat dipraktekkan seperti olahraga, shalat, membaca al-Quran, dan sebagainya. Saat menggunakan metode ini diusahakan agar semua siswa dapat melihat praktek yang sedang dilakukan salah seorang siswa, misalnya praktek shalat. Jika memakai alat peraga, maka gunakan alat yang sederhana dan mudah didapat.

Kebaikan metode peragaan adalah alat peraga atau praktek yang dilakukan siswa dapat memperjelas pemahaman siswa, sehingga memudahkan mencapai tujuan. Metode ini juga dapat menuntun daya berpikir anak, selain anak juga akan lebih tertarik pada pelajar¬an. Adapun kelemahannya adalah Jika praktek atau peragaan terlalu sering dilakukan. Praktek yang sering dilakukan dapat menghalangi proses berpikir dan daya abstraksi anak, karena cenderung dijauh-kan dari pelajaran teori.

4. Metode Pemberian Tugas

Metode ini bermaksud memberikan tugas kepada anak didik, baik dikerjakan di rumah maupun di sekolah, dengan mempertang¬gungjawabkan kepada guru. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada anak berupa soal-soal atau ia memberi tugas-tugas yang harus dikerjakan di kelas. Misalnya, guru memberi tugas anak untuk mencatat waktu shalat Jum'at yang dilakukan serta mencatat isi khutbahnya, guru memberi tugas agar anak selalu mencatat waktu shalatnya atau surat (ayat) dalam al-Quran yang dibaca di rumah. Pemberian tugas harus disesuaikan dengan kemampuan anak, baik kemampuan intelektual (ilmu), waktu, atau biayanya.

5. Metode Keteladanan

Metode keteladanan adalah metode pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara memberi contoh (model) yang benar, baik dalam hal ucapan, tingkah laku, sikap, ataupun keadaan sehingga para siswa dapat menirunya. Dalam hal ini guru memberi contoh bacaan, gerakan, dan akhlak yang baik, kemudian siswa menirunya. Metode ini tentu saja digunakan dalam materi mata pelajaran yang tidak teoritis (dapat dipraktekkan) seperti wudlu, shalat, baca-tulis al-Quran, dan haji.

Metode ini menuntut guru untuk senantiasa berbicara maupun perilaku yang baik karena ia menjadi teladan (digugu-ditiru) bagi siswanya. Guru juga harus memberi contoh yang benar sehingga siswa tidak melakukan kesalahan. Metode ini sangat cocok untuk anak didik seusia Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar karena anak-anak tersebut mempunyai tabiat kecenderungan meniru.


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]
|
This entry was posted on 12:24 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: