•19:45
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-65)
Jum’at, 28 Agustus 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


THE ART OF SPEAKING/RETORIKA (1)

Kemampuan manusia dalam mengekspresikan ide-idenya bermacam-macam. Kemampuan tersebut dapat dilakukan melalui lisan (speaking expression), tulisan (writing expression), atau melalui tindakan (doing expression). Ekspresi ide yang melalui lisan mempunyai cara tersendiri, demikian juga yang melalui tulisan dan tindakan. Masing-masing sarana itu memang mempunyai "ciri" tersendiri.

Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa kemungkinan kemampuan manusia. Mungkin ia mampu berbicara dengan baik bagai seorang orator tetapi tidak mampu menyusun kalimat yang baik dan benar dalam bentuk tulisan. Mungkin ia mampu menulis dengan baik tetapi tidak mampu berpidato. Mungkin ia tidak banyak berbicara dan berteori dalam tulisan tetapi lebih senang langsung bertindak (praktek). Mungkin ia pandai berceramah, sekaligus mampu menulis dengan baik. Mungkin juga secara ideal ia mampu menjadi seorang ahli pidato, seorang sastrawan yang pandai menulis, dan juga seorang yang mampu bertindak dengan baik.

Realitas menunjukkan bahwa masih ada orang yang tidak dapat berbicara di depan orang banyak alias berpidato. Ia "grogi" di depan publik; keringat dingin bercucuran, ide-ide yang akan disampaikan lupa semua, hanya mematung di hadapan audience (pendengar), dan mungkin saja sampai "terkencing-kencing". Jika tidak demikian, maka masih ada kegiatan ceramah, pidato, atau khutbah yang membosankan, yang membuat ngantuk, dan yang tidak memikat massa. Permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan singkat ini adalah, "Bagaimana berbicara di depan orang banyak (berpidato) dengan baik dan benar, yang dapat memukau mereka"?


Pengertian Retorika
Dari segi bahasa retorika (rhetoric) berarti the art of speaking or writing with elegance and force (Webster, 1953:625), artinya "seni berbicara atau menulis dengan lancar dan tangkas". Retorika merupakan suatu seni artinya harus dapat menampilkan sesuatu yang indah, menarik, dan menyenangkan orang lain. Retorika adalah ketangkasan berbicara atau seni bercakap-cakap. Dalam proses yang lebih lanjut retorika tidak hanya meliputi ketangkasan berpidato di depan umum, tetapi juga ketrampilan bercakap, "keprigelan" menyatakan sesuatu, kepandaian mempengaruhi seseorang, massa, atau publik, dan kecakapan melahirkan cipta-rasa-karsa dalam bentuk tulisan yang berupa puisi, prosa, novel, dan sebagainya.

Tahap Penyusunan Retorika
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui sehubungan dengan retorika. Tahapan yang dimaksud sebagai beriku :
  1. Tahap pencarian pokok pikiran, gagasan, atau judul (topik). Pada tahap ini seseorang dituntut untuk mencari topik yang dimaksud dan menarik perhatian. Topik harus disesuaikan dengan keadaan atau kepentingan publik.
  2. Tahap penemuan atau pencarian bahan. Setelah topik ditemukan, bahan ceramah (tulisan) harus dicari pada sumbernya seperti dalam al-Quran, al-Hadits, buku-buku ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan sebagainya.
  3. Tahap penyusunan atau pengorganisasian bahan. Bahan-bahan yang telah dipersiapkan disusun dengan sistematis, sesuai dengan alur yang logis. Klasifikasi harus yang proporsional dan jelas. Susunan bahan yang teratur dapat mendukung kelancaran ceramah dan mudah diterima pendengar.
  4. Tahap pengungkapan bahan. Susunan bahan yang teratur diungkapkan dengan bahasa yang baik dan benar. Gaya bahasa yang tepat, suara yang enak didengar serta intonasi yang serasi akan menarik para pendengar. Penampilan pembicara di depan publik dilakukan dengan sopan, pakaian yang rapi, dan bila perlu diselingi dengan humor.
  5. Tahap penanaman bahan. Maksud tahap ini adalah menanamkan bahan (gagasan) ke dalam ingatan pendengar atau penceramah itu sendiri. Susunan bahan yang teratur dan pengungkapan penceramah yang jelas akan mendukung tahap ini. Penanaman ini dapat dilakukan dengan latihan dan pengulangan di waktu yang lain.
  6. Tahap evaluasi. Pada tahap ini seseorang dituntut untuk mencari keberhasilan atau kegagalan pidatonya. Evaluasi dapat dilakukan dengan melihat apakah bahan-bahan telah disampaikan semua. Pengaruh ceramah terhadap publik dapat juga dipantau, meskipun hal ini merupakan pekerjaan yang menyita banyak waktu dan "sulit".
(bersambung)

Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]
|
This entry was posted on 19:45 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: