•23:51
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-56)
Jum’at, 26 Juni 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


GURU YANG IDEAL

Proses belajar mengajar (PBM) di lembaga pendidikan mencakup beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek SDM (Sumber Daya Manusia) yang meliputi guru dan murid, aspek materi pelajaran, aspek metode belajar mengajar, dan aspek fasilitas atau sarana. Semua aspek tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam proses tersebut, karena masing-masing mempunyai peranan penting yang saling mendukung untuk mencapai tujuan PBM. Jadi, tidak ada alasan untuk menganak-tirikan satu aspek dengan aspek lainnya.

Guru adalah orang yang memberi pelajaran di kelas kepada para murid. Dialah yang merencanakan, menjelaskan, dan mengevaluasi materi pelajaran. Beberapa kompetensi harus dimiliki guru seperti kompetensi pribadi, kompetensi profesi, dan kompetensi metodologi. Sedangkan murid adalah orang yang dididik dan diajar (diberi mata pelajaran). Keberhasilan murid dalam pelajarannya tergantung, salah satunya, kepada guru.

Materi pelajaran ialah bahan-bahan pelajaran yang diajarkan oleh guru kepada murid. Bahan-bahan tersebut berpijak pada kurikulum yang telah ditentukan, yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kelas di sekolah. Materi pelajaran harus dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh murid khususnya dan masyarakat umumnya.

Metode belajar mengajar adalah cara (teknik) yang digunakan oleh murid dalam belajarnya atau oleh guru dalam pengajarannya. Metode belajar yang digunakan murid antara lain metode membaca, berpikir, menghafal, diskusi, mengerjakan tugas, dan sebagainya. Metode mengajar bagi guru dapat dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab, diskusi, praktek (peragaan), dan sebagainya. Metode mengajar dan materi pelajaran harus berhubungan secara baik sehingga sesuai (cocok).

Fasilitas belajar mengajar yaitu alat-alat yang digunakan dalam PBM di kelas, seperti papan tulis, Over Head Projector (OHP), peta, tape recorder, video recorder, dan sebagainya. Fasilitas tersebut berfungsi sebagai faktor pendukung keberhasilan PBM.

Tulisan ini hanya membahas satu aspek PBM, yaitu aspek SDM khususnya guru. Bagaimanakah guru yang ideal?


Guru yang Ideal

Guru yang ideal adalah guru yang memiliki kompetensi-kompetensi guru yang ideal,yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesi, dan kompetensi metodologi. Kompetensi pribadi berarti kompetensi yang berkaitan dengan kepribadian atau akhlaq seorang guru. Guru tentunya harus berakhlaq mulia, terhindar dari hal-hal yang buruk seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), berjudi, mencuri, dan sebagainya. Akhlaq yang mulia harus memperlihatkan pembicaraan yang sopan dan perilaku yang terpuji.

Kompetensi profesi merupakan kompetensi yang menunjukkan latar belakang pendidikan dan pengetahuan seorang guru. Profesionalitas guru dilihat dari ijasah pendidikan formal, kemampuannya dalam mengajar, dan penguasaan materi pelajaran. Secara ideal mata pelajaran yang diajarkan guru harus sesuai dengan ijasah formal pendidikannya, misalnya seorang guru matematika harus mempunyai ijasah pendidikan formal matematika.

Kompetensi metodologi ialah kompetensi yang berhubungan dengan metode mengajar, penampilan mengajar, dan retorika di depan kelas. Metode-metode mengajar yang dipakai guru adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode praktek (peragaan), metode kunjungan (tour), atau metode keteladanan. Metode-metode tersebut dapat dikombinasikan, seperti metode ceramah dengan diskusi. Dalam hal ini guru dituntut untuk memahami metode-metode tersebut dan dapat memilih metode yang tepat, yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Penampilan yang menarik dan retorika yang bagus di kelas mendukung kompetensi metodologi tersebut.

Menurut Zuhairini dkk., guru harus mempunyai syarat-syarat seperti bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq yang baik, sehat jasmani dan rohani, mempunyai ijasah formal, dan, berdedikasi yang tinggi (Zuhairini, 1983:35):
Seorang guru harus beragama, tidak ateis. Dia harus benar-benar berusaha melaksanakan perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sebagai teadan, guru juga harus berakhlaq mulia, yaitu berkata dan berbuat yang baik kepada siapa saja. Kesehatan jasmani dan rokhani sangat mendukung pekerjaan guru, sebab jika jasmani atau rokhani sakit maka pekerjaan guru akan terganggu dan bahkan guru tidak dapat melakukan pekerjaannya. Ijazah formal dari sekolah mutlak diperlukan seseorang yang akan menjadi guru karena ijazah menunjukkan bukti bahwa seseorang telah menamatkan studinya. Ijazah harus sesuai dengan bidang yang diajarkan guru. Seorang guru harus mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap profesinya, artinya dia harus komitmen dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

Surakhmad mempunyai tinjauan lain. Dia menyatakan bahwa seorang guru harus mempunyai tujuan, metode mengajar yang tepat, kecakapan membimbing, dasar pengetahuan yang luas, dan mempunyai pengetahuan yang bulat, serta harus mengenal muridnya (Surakhmad, 1982:61-62).

Pendapat Surakhmad tersebut lebih berhubungan langsung dengan pekerjaan guru yaitu mengajar. Tujuan pengajaran harus ditentukan oleh guru, sebagai sesuatu yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, seorang guru harus memilih metode yang tepat dalam pengajarannya. Para murid perlu dikenal guru. Selain itu, dia juga harus mempunyai kecakapan mengajar, dasar pengetahuan yang luas, dan pengetahuan yang bulat (integratif). Ilmu pengetahuan apa saja yang harus dikuasai oleh seorang guru?


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]
•23:42
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-55)
Jum’at, 12 Juni 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


BERFILSAFAT ISLAMI

Dari segi etimologi, kata "filsafat" berasal dari kata filo yang berarti "cinta" dan sofia yang berarti "kebijaksanaan". Cinta dalam arti seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin itu lalu berusaha mencapai yang diingini itu. Kebijaksanaan yang dimaksud adalah pandai, mengerti dengan mendalam. Jadi, filsafat dapat berarti "ingin mengerti dengan mendalam", "cinta kebijaksanaan", atau "ingin kebijaksanaan". Sedangkan dari segi terminologi, filsafat ialah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan atas akal pikiran belaka (Poedjawijatna, 1990:2,10).

Pembahasan filsafat mencakup semua hal karena obyek materianya adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, sama dengan obyek materia ilmu. Oleh karena itu, pembahasannya mencakup filsafat ada-umum (ontologi), filsafat tuhan (theodicea/teologi), filsafat alam (kosmologi), filsafat manusia (antropologi), filsafat tingkah laku (etika), filsafat budi (logika), filsafat ilmu (epistemologi), dan sebagainya. Alat utama dalam pembahasan filsafat adalah akal manusia, sehingga filsafat merupakan salah satu dari tiga wujud kebudayaan (ide, tindakan, dan hasil karya benda kongkrit).

Islam sebagai diinul'aql sangat melibatkan akal sehat manusia dalam memikirkan sesuatu. Al-Quran mengakui bahwa kebenaran bisa didapatkan melalui rasio (QS. 3:190-191 ; 17:36), penelitian (QS. 17:36 ; 88:17-20), dan sejarah (QS. 12:111 ; 17:36). Afalaa ta'qiluun, afalaa tatadzakkaruun, afalaa tatafakkaruun, afalaa yandhuruu adalah isarat al-Quran bagi manusia agar berpikir, berobservasi, dan mengadakan penelitian. Dalam artikelnya yang berjudul Towards an Islamic Anthropology, Abdo A. Elkholy mengatakan, "Islam as an integrated social system does not acknowledge any dogma but relies on observations of development any change and encourages the formulation of generalized principles and theories in the natural as well as the social sciences" (Islam sebagai sistem sosial yang integral tidak menerima adanya dogma tetapi mempercayakan pada observasi terhadap perkembangan dan perubahan, dan Islam berani memformulasikan prinsip-prinsip atau teori-teori umum baik dalam ilmu alam maupun ilmu sosial).

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu ..." (Q.S. al-Hujuraat 49:13), demikianlah firman Allah dalam al-Quran yang mengisaratkan adanya kebudayaan dan beberapa ilmu seperti Antropologi, Sosiologi, dan Embriologi.

Ayat tersebut di atas menjelaskan adanya berbagai suku bangsa yang tentunya membawa kultur masing-masing. Setiap suku bangsa mempunyai sistem budaya, sistem sosial, maupun hasil karya dengan corak masing-masing. Pluralitas budaya itu diciptakan agar saling berhubungan, sehingga lahirlah akulturasi (kontak budaya) dan diffusi (penyebaran budaya). Dengan demikian, ayat di atas mengisaratkan adanya fenomena budaya seperti akulturasi dan diffusi.

Untuk menanggapi ayat tersebut, dalam artikelnya tersebut di atas, Abdo. A. Elkholy mengatakan, "Here we find three scientific social principles; (1) the principle of equality based on the equal human origin, (2) the inevitable observable variations of societies and social organization for the sake of complementing one another by acquaintance and cooperation, and (3) the value of man as a moral, social animal whose worth can be measured by the amount of his piety and morality" (di sini kita menemukan tiga prinsip sosial ilmiah; 1. prinsip persamaan didasarkan pada originalitas manusia yang sama, 2. berbagai masyarakat dan organisasi sosial yang dapat diamati serta tidak dapat ditolak melengkapi satu dengan yang lain secara akrab dan bekerja sama, dan 3. nilai manusia sebagai mahluk sosial serta bermoral yang mempunyai nilai dapat diukur dengan ketaatan dan moralitas).

Al-Quran mengisaratkan ayat-ayat yang menunjukkan wujud kebudayaan dan unsur kebudayaan. Wujud kebudayaan meliputi tiga hal; 1. sistem ide (ideas) terdapat pada Q.S. 3:190-191 ; 2. sistem tindakan (activities) terdapat pada Q.S. 39:39, 13:11 ; dan 3. hasil karya (artifacts) terdapat pada Q.S. 16:56, 30:41-42. Unsur kebudayaan meliputi tujuh hal; 1. bahasa (Q.S. 30:22, 12:2, 41:44, 42:12) ; 2. sistem teknologi (Q.S. 57:4,25, 21:80, 56:63-65, 16:68-69 ; 3. sistem mata pencaharian hidup atau ekono¬mi (Q.S. 2:164,168,188.266-267,275-283, 4:4-14, 7:10) ; 4. Orga¬nisasi sosial (Q.S. 49:110-13, 5:2,8) ; 5. sistem pengetahuan (Q.S. 65:12, 18:109-110, 31:26-28, 58:11-13, 96:1-5, 36:33-42, 35:9-13, 25:45-54) ; 6. isme-isme manusia (Q.S. 3:119,83,85, 17:56-57, 30:30) ; dan 7. kesenian (Q.S. 55:11-78, 114:1-6).

Al-Quran mengandung banyak ayat yang mengisaratkan berbagai bidang ilmu. Ilmu tersebut antara lain Ilmu Administrasi (Q.S. 2:282-283), Antropologi (Q.S. 30:22 ; 49:13), Arkeologi (Q.S. 10:92), Astronomi (Q.S. 36:39-40 ; 55:33 ; 6:96-97), Kedokteran (Q.S. 13:8 ; 16:78 ; 21:83-84), Sosiologi (Q.S. 49:13), Zoologi (Q.S. 16:66-69), dan sebagainya. Isyarat tersebut dapat melahirkan seorang pakar dalam bidang ilmu tertentu seperti dokter, antropolog, arkeolog, astronom, sosiolog, ekonom, dan sebagainya.


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
Reblog this post [with Zemanta]
•01:08
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-54)
Jum’at, 12 Juni 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


ETOS KERJA ISLAMI

Etos kerja adalah adat kebiasaan kerja atau watak kerja seseorang, suatu manifestasi kebudayaan. Sehubungan dengan etos kerja, penulis telah membuat suatu skema, yaitu “Skema Etos Kerja” yang merujuk pada al-Quran dan al-Hadits. Skema dibagi menjadi beberapa kolom; yaitu kolom manusia, proses kerja, tanggung jawab, dan kolom tujuan. Masing-masing kolom akan dijelaskan secara singkat pada bagian berikut.

1. Kolom Manusia
Dalam kolom ini terdapat ayat al-Quran yang artinya, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (Q.S. al-Qashaash 28:77).

Ayat tersebut mengisaratkan adanya pasangan berlawanan (binary opposition, istilah tokoh strukturalisme Levi Strauss) yaitu dunia-akhirat dan baik-buruk. Semua isi alam semesta diciptakan dengan pasangan-pasangan (Q.S. Yaasiin 36:36) seperti pria-wanita, suka-duka, kanan-kiri, dan sebagainya. Oleh karena itulah skema etos kerja tersebut dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur atas (untuk orang yang beriman, agamis, non sekuler) dan jalur bawah (untuk orang yang tidak beriman, non agamis, sekuler). Dalam kolom ini terdapat pasangan dalam diri manusia (internal) dan luar diri manusia (eksternal).

Ayat 77 surat al-Qashash itu memerintahkan untuk mencari surga tanpa meninggalkan dunia. Surga dalam banyak ayat digambarkan dengan sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan hati, yang akan dicapai kelak di kemudian hari. Cita-cita (tujuan) manusia adalah sesuatu yang menyenangkan hati dan dicapai di kemudian hari. Oleh karena itu, "surga" merupakan bahasa simbolik untuk mengungkapkan "cita-cita". Perintah mencari surga berarti perintah untuk mempunyai cita-cita (idealisme) dan berusaha mencapainya dengan segala apa yang telah diberikan oleh Allah. Dunia adalah tempat yang sedang dihadapi manusia, di mana segala proses sedang berlangsung. "Jangan melupakan dunia" berarti jangan lupa bahwa sekarang sedang berlangsung suatu proses untuk mencapai cita-cita. Oleh karena itu, manusia harus berbuat "baik" (ahsin) sebagaimana Allah telah berbuat baik, artinya berbuat sesuatu yang mendukung tercapainya cita-cita. "Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi" (walaa tabghil-fasaada fil-ardh) artinya pada saat berusaha mencapai cita-cita janganlah berbuat sesuatu yang menghambat tercapainya cita-cita. Allah tidak menyukai orang-orang yang tidak mempunyai idealisme dan berusaha menghambat idealisme.

Orang yang akan melakukan suatu kerja (aktivitas) harus menyiapkan dua hal (binary opposition) yaitu dalam diri manusia (akal, hati, mata, tangan, dan sebagainya) dan sesuatu yang di luar diri manusia (bahasa, peralatan, organisasi, bangunan, dan sebagainya). Misalnya, pekerjaan seorang guru atau dosen tidak hanya memerlukan akal untuk berpikir, tangan untuk menulis, atau mulut untuk berbicara, tetapi juga memerlukan buku, alat tulis, ruang kelas, dan sebagainya. Pekerjaan seorang pegawai kantor tidak hanya memerlukan akal, tangan, mata, atau mulut tetapi juga memerlukan gedung kantor, komputer, mesin hitung, dan sebagainya.

2. Kolom Proses Kerja
Setelah seseorang menyiapkan dua hal (internal dan eksternal) itu, dia kemudian melakukan proses kerja. "Katakanlah, 'Hai kaumku bekerjalah sesuai dengan keadaanmu (posisimu), sesungguhnya aku akan bekerja pula, maka kelak kamu akan mengetahui'" (Q.S. az-Zumar 39:39), demikian ayat yang menyatakan tentang proses kerja, selain ayat 84 surat al-Isyraa'. Dalam kolom proses kerja terdapat variabel-variabel kerja, antara lain:
a. Niat (intention)
“Sesungguhnya amal (perbuatan) itu mengandung niat. Setiap perbuatan tergantung niatnya…..” (al-Hadits)
b. Rencana Kerja (planning work)
"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah tiap diri memperhatikan apa yang telah diusahakannya untuk masa yang akan datang, dan taqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Q.S. al-Hasyr 59:18)
c. Pembagian Tugas (job distribution)
"Tidak patut orang-orang yang beriman keluar semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak keluar sebagian di antara tiap-tiap golongan mereka supaya mereka yang tinggal memahami dan memberi peringatan kepada kaumnya, bila mereka kembali kepadanya mudah-mudahan mereka waspada (takut)" (Q.S. at-Taubah 9:122).
d. Bertahap, Optimal (sequence/optimal)
"Apabila telah menyelesaikan suatu pekerkaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pekerjaan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu kamu mengharap" (Q.S. al-Insyirah 94:7-8). “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ….” (QS. al-Baqarah 2:286).
e. Kerja Sama (cooperation)
"... dan tolong menolonglah dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan aniaya ..." (Q.S. al-Maidah 5:2). "Orang-orang beriman laki-laki dan perempuan bantu membantu dalam amar makruf nahi mungkar, mendirikan shalat, membayar zakat, dan takut kepada Allah dan Rasul-Nya ..." (Q.S. at-Taubah 9:71).
f. Disiplin (discipline), Profesional (professional)
"Janganlah kamu mengatakan tentang suatu urusan, 'besok hari saya kerjakan pekerjaan itu', melainkan jika dikehendaki Allah ..." (Q.S. al-Kahfi 18:23-24). "Katakanlah, 'masing-masing bekerja menurut bentuk (keadaannya). Tuhanmu yang lebih mengetahui siapa mendapatkan petunjuk" (Q.S. al-Isyraa’ 17:84).
g. Kreatif, dinamis (creative, dynamic)
"Apabila telah menyelesaikan suatu pekerkaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pekerjaan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu kamu mengharap" (Q.S. . al-Insyirah 94:7-8).
h. Benar (true), Sabar (patient)
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. al-‘Asyr 103:1-3).
i. Evaluasi (evaluation)
"Katakanlah, 'Berjalanlah kamu di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang sebelum kamu. Kebanyakan mereka mempersekutukan Tuhan" (Q.S. ar-Ruum 30:42).

3. Kolom Tanggung Jawab
Orang yang telah selesai melakukan proses kerja akan dimintai tanggung jawab, baik tanggung jawab di dunia maupun di akhirat, baik tanggung jawab terhadap proses kerja maupun hasil kerja. Tanggung jawab di dunia ditujukan kepada orang tua, masyarakat, atasan, guru, orang yang mempekerjakan kita, dan sebagainya. Sedangkan tanggung jawab di akhirat ditujukan kepada Allah Maliki Yaumid-diin, Sang Penguasa hari pembalasan. kepada "Katakanlah, 'Bekerjalah kamu. Allah nanti akan melihat pekerjaanmu, serta Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Kamu nanti akan dikembalikan kepada Yang Mengetahui barang ghaib dan nyata, lalu dikabarkan kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan" (Q.S. at-Taubah 9:105). Adapun bentuk tanggung jawab tersebut adalah cara kerjanya (Q.S. 16:56) dan hasil kerjanya (Q.S. 16:93).

4. Kolom Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau diinginkan. Kolom tujuan (cita-cita) terdiri dari dua tujuan yaitu tujuan dunia dan tujuan akhirat. Orang yang beriman, yaitu orang yang senantiasa menggunakan agamanya (titik pandang Ilahi, the divine point of view) sebagai sumber inspirasi kerja, akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat yang diridhoi oleh Allah. Sebaliknya, Orang yang tidak beriman, yaitu orang yang tidak mau tahu agama dan mendewakan otak manusia (the limited human point of view), akan memperoleh kebahagiaan dunia saja; Dia tidak akan memperoleh apa-apa di akhirat, kecuali siksa api neraka, Dia tidak memperoleh ridho Allah.

Tujuan akhirat yang diperoleh orang-orang beriman adalah pahala dan surga. Tujuan ini harus menjadi tujuan pokok mereka, sedangkan tujuan dunia merupakan tujuan yang tidak boleh ditinggalkan karena tujuan dunia dapat digunakan sebagai jembatan untuk mencapai tujuan akhirat. Tujuan dunia, seperti kecukupan sandang, pangan, papan, dan uang, serta memperoleh jabatan atau keberhasilan sekolah, dapat dicapai oleh baik orang yang beriman maupun orang yang tidak beriman jika mereka berusaha keras.


Ciri Kerja yang baik (amal sholeh):

Orang yang beriman harus melakukan amal Sholeh yang mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Amal imaniah
a. Amal imaniah Allah (amal dilihat, didengar, dan diketahui Allah, serta dipertanggung-jawabkan kepada Allah)
b. Amal imaniah Malaikat (amal diperhatikan dan dicatat oleh malaikat Raqib-Atid)
c. Amal imaniah Kitab (amal dibimbing oleh Kitab Suci al-Quran)
d. Amal imaniah Nabi/Rasul (amal mengikuti contoh Rasulullah saw)
e. Amal imaniah Hari Kiamat (amal dipertanggung-jawabkan pada hari kiamat)
f. Amal imaniah Taqdir (amal sebagai taqdir/ukuran dan qadha/ketentuan Allah)

2. Amal ilmiah (dan ilmu amaliah)
Amal harus mengandung ilmu, yaitu professional, jangan beramal tanpa ilmu karena Allah mengingatkan, “wa laa taqfu maa laisa laka bihi ilmun, innas-sam’a wa-bashara wal-fuaada kullu ulaaaika kaana ‘anhu mas’uulaa” (janganlah kamu mengikuti apaa-apa yang kamu tidak ada ilmu di dalamnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan akal budi, semuanya, akan ditanya atasnya/diminta pertanggungan jawabnya – QS al-Israa’ 17:36).
Ilmu amaliah yaitu ilmu harus diamalkan atau disebarkan, jangan sampai jadi orang pintar sendirian tetapi mengajak orang banyak jika ingin jadi pintar.

3. Amal karimah (akhlaqul-karimah)
Amal perbuatan manusia harus menunjukkan amal yang baik/mulia, seperti kaki berjalan menuju tempat yang baik, tangan membantu orang lain, mulut makan dan minum makanan dan muniman yang halaalan thayyiban, mulut berbicara yang baik dan sopan, otak berpikir positif (positive thinking), dan sebagainya.

4. Amal rahmah (rahmatan lil-‘aalamiin)
Amal perbuatan manusia harus menunjukkan kasih-sayang, manfaat, dan nilai tambah (plus) bagi orang lain bahkan bagi seluruh isi alam semesta. Rasulullah saw mengingatkan, “khairun-naas anfa’uhu lin-naas” (sebaik-baik manusia adalah manusia yang memberi manfaat pada orang lain).

Allah berfirman, yang artinya, “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka lakukan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (QS Saba’ 34:37)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com
•00:51
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-53)
Jum’at, 5 Juni 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


KREATIFITAS BERPIKIR?

Kata "kreativitas" (kata benda) merujuk pada kata creativity (noun), sedangkan kata "kreatif" (kata sifat) merujuk pada kata creative (adjective). Hornby (1986:201), dalam kamusnya, mengartikan creative sebagai having power to create; of creation, requiring intelligence and imagination, not merely mechanical skill. Menurut Hornby, kreatif ialah kekuatan untuk menjadikan sesuatu, yang menuntut baik intelegensi, imaginasi, maupun kemahiran mekanis. Kreativitas juga dapat dikatakan sebagai kemampuan mencari dan memilih alternatif-alternatif yang tepat, sesuai dengan yang benar-benar cocok dan dibutuhkan.

"Maka jika kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap", demikian firman Allah dalam al-Quran surat al-Insyirah ayat 7-8. Ayat tersebut mendorong manusia untuk terus bekerja, dinamis, aktif, dan kreatif. Dengan kata lain, Islam tidak menghendaki orang-orang yang pasif dan statis.

Konsep terbaru dari kreativitas yang menonjol dalam filsafat abad ke-20, menurut Conny R. S. dkk., didasarkan atas fungsi dasar berpikir, merasa, penginderaan cipta talen, dan intuisi. Kreativitas melibatkan sintesis dari semua fungsi ini, bahkan lebih dari itu karena ada percikan dari dimensi lain. Bagan yang ditampilkan merupakan model integratif yang mencakup empat fungsi dasar, yaitu: (a) berpikir rasional, (b) perkembangan emosional atau perasaan pada tingkat tinggi, (c) perkembang an bakat khusus (penginderaan cipta talen) dalam kehidupan mental dan phisik pada tingkat tinggi, dan (d) tingkat tinggi kesadaran yang menghasilkan penggunaan imajinasi, fantasi, dan pendobrakan pada kondisi ambang kesadaran atau ketidaksadaran.

Menurut Graham Wall, proses kreativitas berlangsung dalam beberapa tahap; yaitu, tahap persiapan (preparation), inkubasi (incubation), iluminasi (illumination), dan verifikasi (verification) (Conny R.S. dkk., 1988:66-67).

Pada tahap pertama (persiapan) muncul ide-ide dari berbagai kemungkinan atau alternatif. Ide-ide ini lahir melalui keterampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu sebagai sumber dari mana ide itu berasal. Dalam tahap, proses berpikir sangat dituntut untuk melahirkan suatu ide.

Tahap inkubasi merupakan tahap pengeraman (pengendapan) ide. Dalam pengembangan kreativitas, pada tahap kedua ini diharapkan muncul suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang timbul setelah dieram. Berbagai teknik dalam memahami dan mematangkan ide ini, seperti perenungan (meditasi) dan latihan peningkatan kreativitas, dapat dilangsungkan untuk memudahkan perluasan dan pendalaman ide.

Tahap iluminasi adalah tahap pengembangan, yaitu ide (inspirasi) yang telah diperoleh dan diendapkan, dikembangkan menuju suatu hasil (product development). Pada tahap ketiga ini terjadi komunikasi antara pencetus ide dengan pakar (expert) tertentu yang sesuai dengan ide itu, agar diperoleh hasil pengembangan yang baik.

Tahap terakhir (verifikasi) adalah tahap pengujian ide sebagai perwujudan hasil dan tanggung jawab. Setelah terjadi penyempurnaan ide, diseminasi (penyebaran) karya kreatif pada masyarakat luas dapat dilakukan. Penyebaran ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengakuan (pengesahan) dan sekaligus penilaian dari masyarakat.

Selain tahap-tahap tersebut di atas, kreativitas dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti silogisme, klasifikasi, penyederhanaan, efisiensiasi, dan efektifitasi. Silogisme merupakan bentuk atau cara berpikir dengan menarik kesimpulan dari premis umum dan premis khusus. Misalnya, contoh yang sangat populer, semua manusia akan mati (premis umum), Jojon adalah manusia (premis khusus), maka Jojon akan mati (kesimpulan).

Klasifikasi adalah pembagian sesuatu yang umum menjadi bagian-bagian khusus yang didasarkan atau kriteria tertentu, atau pengelompokan hal-hal yang khusus karena terdapat kesamaan kriteria. Misalnya, Klasifikasi manusia; dari segi jenis kelamin dibagi menjadi pria dan wanita; dari segi usia dibagi menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua; dari segi ekonomi dibagi menjadi kaya dan miskin; dan sebagainya. Contoh yang lain; benda-benda yang khusus seperti pensil, pulpen, penggaris, kertas, dan karet penghapus dikategorikan sebagai alat-alat tulis.

Penyederhanaan adalah upaya untuk menjadikan sesuatu yang rumit, berbelit, atau njlimet menjadi sesuatu yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Misalnya, penulisan kalimat;
"Sesuai dengan judul skripsi dan untuk membatasi permasalahan yang ada, oleh sebab itu penulis membuat rumusan masalah yang hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Adapun yang menjadi pokok masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: ....."

Kalimat tersebut di atas adalah berbelit untuk dipahami. Agar lebih mudah dipahami, kalimat tersebut dapat lebih disederhanakan sebagaimana di bawah ini.
"Sesuai dengan judul skripsi di atas, penulis membuat rumusan pokok masalah sebagai berikut: ....."

Makna efisiensiasi adalah upaya menjadikan sesuatu agar efisien (tepat guna), artinya agar tepat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Misalnya, di tengah keramaian (kemacetan) lalu lintas di jalan lebih efisien menggunakan sepeda motor dari pada mobil. Contoh lain, membuat makalah lebih efisien menggunakan komputer dari pada mesin ketik.

Efektifitas merupakan usaha menjadikan sesuatu agar efektif (berhasil guna), artinya agar mujarab atau dapat memberikan efek (hasil). Misalnya, untuk melatih agar anak-anak SD mampu mengerjakan shalat, lebih efektif dilaksanakan di masjid. contoh lain, televisi akan memberikan pelajaran yang lebih efektif dari pada radio.

Beberapa contoh hal yang menuntut kreativitas berpikir beserta langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan belajar
Langkah-langkah :
a. Perencanaan waktu belajar, termasuk range frekuensinya
b. Persiapan sarana/prasarana belajar
c. Persiapan tempat belajar
d. Persiapan lampu penerangan
e. Persiapan materi pelajar
f. Pengerjaan tugas-tugas di rumah (homeworks)

2. Strategi menghadapi ujian (tes) tertulis
Langkah-langkah :
a. Belajar sebelum ujian
b. Membaca perintah-perintah dan soal dengan teliti
c. Memahami soal dengan benar
d. Perencanaan dan disiplin waktu dalam menjawab soal
e. Perencanaan (pengorganisasian) jawaban dalam bentuk outline
f. Membuat kalimat-kalimat jawaban yang mudah dipahami
g. Mengoreksi jawaban sebelum dikumpulkan

3. Problem solving (pemecahan masalah)
Langkah-langkah :
a. Melacak latar belakang masalah, mengapa timbul masalah?
b. Mengidentifikasi masalah
c. Mengklasifikasi masalah menuju prioritas
d. Mencari alternatif-alternatif pemecahan
e. Menentukan pemecahan yang tepat
f. Mengevaluasi pemecahan, berhasil atau tidak

Allah berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS al-‘Imran 3:190-191).


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Aberystwyth University, UK
Ketua Kibar UK 2009/2010
http://muhstarvision.blogspot.com