•00:43
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-47)
Jum’at, 24 April 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

TARBIYATUL-AULAAD – PENDIDIKAN ANAK (4 - Akhir)

How : Bagaimanakah mendidik anak?

Pertanyaan bagaimana berkaitan dengan cara atau metode. Dengan metode apa mendidik anak? Dalam bahasa Inggris metode adalah method yang artinya system (sistem) ataupun way of doing something (cara melakukan sesuatu) (Hornby, 1986:533). Sistem adalah rangkaian dari beberapa bagian yang saling berhubungan secara interdependensi (saling bergantung) dan rangkaian itu berproses untuk memberi hasil (output).

Menurut Koentjaraningrat, metode adalah cara atau jalan, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat,1977:16). Ilmu yang mempelajari metode adalah metodologi. Metodologi berasal dari bahasa Yunani metodos (cara, jalan) dan logos (ilmu, Tuhan). Metodologi adalah cara melakukan sesuatu, dengan menggunakan pikiran yang seksama, untuk mengetahui dan mengerti tentang ilmu yang sedang dikaji berdasarkan bimbingan Tuhan (Cholid Narbuko, 1987:17).

Salah satu yang mendorong keberhasilan pendidikan adalah metode yang dipakai dalam mengajar. Metode dapat menentukan seberapa jauh anak didik memahami, menghayati, dan mengamalkan pelajaran yang disampaikan. Metode yang tepat akan mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan. Kesalahan metode yang digunakan dapat menggagalkan proses belajar megajar. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk memilih metode yang tepat dalam pengajarannya.

Mengajar (yang menjadi salah satu kegiatan dalam dunia pendidikan) merupakan da’wah (mengajak) ke jalan Tuhan, yang harus dilakukan dengan ilmu (hikmah) dan bijaksana. Allah berfirman:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl 24:125)

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengajar anak adalah:

1. Metode ceramah (Speech)

Metode ceramah yang juga disebut dengan metode tabligh atau monologis, adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru atau orang tua secara lisan kepada anak didiknya dengan maksud memberitahu, menjelaskan, atau memberi petunjuk tentang bahan pelajaran dalam waktu dan ruangan tertentu.

Metode ini digunakan hampir pada setiap pelajaran. Dalam pelajaran sub-bidang studi Ibadah, misalnya, ruang lingkup dan pelaksanaan ibadah, terutama 'ibadatul-mahdhah, telah dibakukan oleh Allah melalui Rasul-Nya, sehingga memerlukan penjelasan secara benar sesuai dengan contoh Rasul. Penjelasan yang benar inilah merupakan tuntutan bagi guru untuk menggunakan metode ceramah. Jika penjelasan guru tidak benar, maka akan berpengaruh terhadap pemahaman dan pengamalan ibadah anak, sehingga ibadah anak itu sah atau tidak dapat diragukan. Apabila ibadah seseorang itu tidak benar (tidak sah), maka tidak akan diterima oleh Allah.

2. Metode dialog (Tanya jawab) - Dialogue

Metode ini, yang bisa digunakan pada semua pelajaran, dilakukan dengan mengadakan tanya jawab untuk mengetahui apakah ingatan anak dapat menguasai pelajaran yang disampaikan. Dalam hal ini guru/orang tua harus memberikan kesempatan bertanya kepada anak, sehingga anak dapat mengungkapkan kesulitan atau permasalahan yang sedang dihadapi, khususnya pelajaran yang disampaikan. Metode tanya jawab akan merangsang anak untuk kreatif atau berani mengungkapkan pendapat. Pengungkapan dialog seorang ayah (Nabi Ibrahim as) dan anaknya (Nabi Ismail as), ketika Ibrahim lewat mimpi diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail, adalah contoh metode dialog yang sangat menarik. Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiim wal-ladziina ma’ahu….. (Sungguh telah ada teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dia)

3. Metode peragaan (praktek - practice)

Metode peragaan dapat disebut juga dengan metode pengamalan (praktek) atau metode demonstrasi. Metode peragaan adalah metode yang dilakukan dengan memperagakan alat pelajaran atau mempraktekkan pelajaran yang diberikan. Metode ini digunakan pada pelajaran yang dimungkinkan dapat dipraktekkan seperti baca-tulis al-Quran, wudhu, shalat, pelajaran komputer, menjahit, olahraga, dan sebagainya. Saat menggunakan metode ini diusahakan agar semua anak didik dapat melihat praktek yang sedang dilakukan. Jika memakai alat peraga, maka digunakan alat yang sederhana dan mudah didapat. Metode ini perlu dilakukan berulang-ulang, sehingga dapat menjadi kebiasaan yang baik.

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS ash-Shaf 61:2-3)

4. Metode Pemberian Tugas (Assignment)

Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar-mengajar bilamana guru/orang tua memberi tugas tertentu dan anak didik mengerjakannya, lalu tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada anak-anak berupa soal-soal atau ia memberi tugas-tugas yang harus dikerjakan di kelas. Misalnya, guru memberi tugas anak untuk mencatat waktu shalat Jum'at dan mencatat isi khutbahnya, guru memberi tugas agar anak selalu mencatat waktu shalatnya atau surat (ayat) dalam al-Quran yang dibaca di rumah. Pemberian tugas harus sesuai dengan kemampuan anak, baik kemampuan intelektual (ilmu), waktu, atau biayanya. Metode ini bisa digunakan untuk semua pelajaran.

Metode ini dapat mendorong anak untuk belajar di rumah dan mengembangkan kreativitas anak. Tugas-tugas yang diberikan anak juga dapat melatih untuk bertanggung jawab. Walaupun demikian, metode ini dapat mendorong anak untuk malas jika tugas yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuan anak dan jumlahnya terlalu banyak.

5. Metode keteladanan (Model)

Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai pendidik harus memberi contoh yang baik kepada anak didik, baik saat berbuat, bersikap, merasa, maupun berpikir. Apa-apa yang diperintahkan kepada anak hendak sudah dilakukan oleh pendidik. Rasulullah saw adalah the best model untuk seluruh ummat manusia.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS al-Ahzaab 33:21)

6. Metode Cerita (Telling history and story)

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS Yusuf 12:111).

7. Metode hadiah dan hukuman (Reward and punishment)

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-biji sawi-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (QS al-Zalzalah 99:7-8)

8. Metode kunjungan (Tour)

Metode ini adalah kunjungan ke tempat-tempat yang mendukung penambahan pengetahuan anak didik, seperti masjid, perpustakaan masjid, perpustakaan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, lembaga pendidikan Islam lain, museum, pantai, hutan, sawah, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan pengalaman anak. Metode tour dapat dipakai untuk berbagai pengetahuan.

Banyak keuntungan metode tour , misalnya, kesan kunjungan ke tempat-tempat tersebut mudah diserap anak, dapat sekaligus menjadi penyegaran (refreshing) anak dan guru, serta dapat lebih mempererat hubungan antara lembaga pengunjung dan yang dikunjungi. Walaupun demikian, metode ini memiliki kekurangan seperti dapat memakan biaya yang mahal dan waktu yang relatif lama.

Dalam buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Abdullah Nashih ‘Ulwan menyatakan lima metode mendidik anak, yaitu:
1. Mendidik dengan keteladanan atau contoh yang baik
2. Mendidik dengan pembiasaan yang baik
3. Mendidik dengan mengajarkan ilmu pengetahuan dan dialog tentang berbagai persoalan
4. Mendidik dengan memberikan pengawasan dan nasehat
5. Mendidik dengan memberikan hukuman atau sanksi


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN
http://muhstarvision.blogspot.com
|
This entry was posted on 00:43 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: