•17:16
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-43)
Jum’at, 27 Maret 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

STRES DI DUNIA PENDIDIKAN

KONSEP STRES

Stres berarti tekanan. Stres secara umum merupakan respon dari situasi atau kondisi yang mencekam, menakutkan, mengkhawatirkan, dan menentang seseorang sehingga mempengaruhi tubuhnya seperti badan panas-dingin, tekanan darah naik, dan kepala pusing. Dalam dunia pendidikan, Kyriacou dan Sutcliffe (1978:2) mendefinisikan stres yang dihadapi guru adalah, "A response of negative affect (such as anger or depression) by the teacher ... as resulting from aspects of the teacher's job ...." (respon pengaruh negatif seperti marah dan depresi akibat dari aspek pekerjaan guru).

Stres biasanya dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Namun demikian, stres bias dilihat sebagai sesuatu yang positif. Dalam hal ini stres merupakan tantangan yang dihadapi seseorang untuk mengubah sikap hidup, misalnya stres karena ditinggal mati suaminya. Seorang wanita yang ditinggal mati suaminya didorong untuk menjadi orang yang lebih ikhlas, sabar, dan tabah dalam menghadapi tantangan hidup, dia harus berjuang untuk tetap hidup dengan baik tanpa suaminya. Stres yang dialami oleh pelajar karena tidak lulus ujian merupakan tantangan dia untuk menjadi pelajar yang lebih rajin dan bermotivasi agar berhasil di masa datang.

Menurut Dadang Hawari (Hawari, 1997:50-53), seorang Psikiater, stres dapat terjadi dalam enam tahap, berurutan mulai tahap teringan (tahap 1) sampai tahap terberat (tahap 6). Tahap tersebut adalah :
1. Stres tahap 1 :
Tahap ini adalah stres yang teringan dengan tanda-tanda semangat besar, penglihatan tajam, energi dan gugup berlebihan. Tahap ini menyenangkan sehingga menambah semangat, tetapi sebenarnya cadangan energi sedang menipis.
2. Stres tahap 2 :
Stres yang menyenangkan mulai hilang sehingga timbul keluhan seperti merasa letih sewaktu bangun pagi, lelah sesudah makan siang dan menjelang sore hari, sistem pencernaan terganggu, jantung berdebar-debar, tegang pada otot punggung dan tengkuk, serta perasaan tidak dapat santai.
3. Stres tahap 3 :
Keluhan semakin nampak dengan gejala-gejala seperti sukar tidur, badan rasanya akan pingsan, otot-otot semakin tegang, dan sakit perut/mulas karena usus terganggu. Jika mendapati gejala demikian maka sudah harus berkonsultasi ke dokter.
4. Stres tahap 4 :
Tahap ini menunjukkan keadaan yang lebih buruk dengan tanda-tanda seperti tidur semakin sukar dan sering mimpi menegangkan, tidak mampu menanggapi situasi sosial, tidak bisa berkonsentrasi, rasa takut tanpa alasan, dan sangat sulit untuk bertahan sepanjang hari.
5. Stres tahap 5 :
Tahap ini merupakan tahap yang lebih mendalam dari pada tahap sebelumnya. Ciri-cirinya ini ialah panik (perasaan takut yang berlebihan), tidak mampu melakukan pekerjaan sekalipun sederhana, gangguan sistem pencernaa (maag berat), dan keletihan yang mendalam.
6. Stres tahap 6 :
Tahap 6 adalah tahap puncak yang menunjukkan keadaan gawat darurat, sehingga penderita harus dibawa ke rumah sakit, bahlan ke ICU (Intensive Care Unit). Tandanya adalah badan gemetar, tubuh dingin bercucuran keringat, debar jantung amat keras, nafas sesak (megap-megap), dan kadang pingsan.

STRESS INDIVIDUAL

Dilihat dari subyek yang mengalami stres, stres dibagi menjadi dua yaitu stres individual dan stres institusional. Stres individual adalah stress yang dialami oleh satu orang (seseorang) akibat dari hal tertentu, sedangkan stress institusional ialah stress yang dialami oleh beberapa orang atau suatu lembaga (organisasi) akibat dari hal tertentu. Dalam dunia pendidikan juga terdapat dua jenis stres tersebut.

Stres yang dialami oleh kepala sekolah biasanya disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan hubungan antar personal di sekolah, misalnya stres menghadapi akreditasi sekolah. Banyak pekerjaan harus dilakukan dalam persiapan akreditasi sekolah seperti mempersiapkan data-data tentang guru, murid, kegiatan sekolah, dan sarana-prasarana sekolah, mengisi blangko-blangko akreditasi yang telah ditentukan, serta menghadapi kunjungan tim verifikasi ke sekolah, dan sebagainya. Kenakalan siswa, ketidak-disiplinan guru, hubungan yang tidak harmonis antar guru, kekurangan sarana-prasarana sekolah dapat menimbulkan stress seorang kepala sekolah.

Seorang guru juga dapat mengalami stres karena beberapa hal seperti uang gaji yang kecil, kenakalan siswa, problem keluarga, dan sebagainya. Uang gaji yang kecil, sehingga tidak mencukupi hidup sebulan dan kemudian mencari pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan, sering menjadi penyebab stres guru. Dalam hal ini, pekerjaan sambilan akan menyita waktu guru yang seharusnya digunakan untuk mempersiapkan pengajaran di sekolah dan mengurusi pekerjaan di rumah. Jika hal itu dilakukan oleh guru wanita maka pekerjaan akan semakin repot, terutama menghadapi pekerjaan rumah yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Stres yang dialami oleh seorang murid biasanya bersumber dari mata pelajaran, guru, dan teman sekolah. Mata pelajaran yang sulit, tidak disukai, atau menjemukan dapat mengakibatkan stres seorang murid. Guru yang "killer", nilainya mahal, suka marah, suka menghukum, atau terlalu banyak memberi PR (Pekerjaan Rumah) menjadi sumber stres murid. Penyebab stres murid yang lain adalah teman sekolah yang nakal, suka minta dengan paksaan, tidak mau diajak kerja sama atau dimintai pertolongan, dan sebagainya.

STRES INSTITUSIONAL

Stres institusional yang dimaksud adalah stres yang dialami oleh lembaga pendidikan, formal maupun informal, pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan formal adalah pendidikan sekolah sejak Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan informal ialah pendidikan di luar sekolah seperti kursus-kursus, pengajian, pelatihan (training), dan sebagainya. Stres institusional di sekolah tidak dapat dilepaskan dari stres individual kepala sekolah, guru, murid, pegawai administrasi, dan penjaga sekolah.

Stres institusional di sekolah berkaitan dengan SDM (Sumber Daya Manusia), lingkungan kerja, faktor organisasi, hubungan antar staff, tuntutan luar, dan waktu. SDM yang dimaksud adalah murid, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi, dan penjaga sekolah. Lembaga pendidikan mengalami stres karena para siswa, jika jumlah siswa di satu kelas terlalu besar. Jumlah siswa yang ideal di kelas kecil berkisar antara 15-20 siswa, sedangkan kelas besar dapat mencapai maksimal 40 orang. Jumlah di atas 40 siswa untuk satu kelas dianggap terlalu besar. Jika kelas yang terlalu besar itu masih ditambah dengan terlalu banyak pekerjaan rumah untuk siswa maka stres lembaga tersebut semakin besar.

Lingkungan pekerjaan yang tidak/kurang kondusif, misalnya kelas yang terlalu besar dan ramai, fasilitas kantor yang kurang, penerangan yang tidak mencukupi, tidak ada AC ( Air Condition ) , dan sebagainya, menyebabkan stres secara kelembagaan. Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan faktor organisasi seperti struktur dan manajemen yang timpang, job description yang tidak jelas, meeting tanpa hasil, birokrasi yang rumit, konflik status (jabatan) dan peranan, waktu yang sia-sia, dan sebagainya, juga menjadi penyebab stres kelembagaan.

Tuntutan dari luar sekolah juga dapat menyebabkan stres lembaga sekolah, misalnya tuntutan dari orang tua siswa agar meningkatkan mutu pelayanan atau agar menurunkan uang SPP, tuntutan masyarakat agar sekolah meningkatkan kualitas sehingga para lulusannya mampu bersaing di pasaran kerja atau agar bidang studi yang diajarkan sesuai dengan tuntutan pasaran kerja. Tuntutan pemerintah terhadap sekolah agar memenuhi standar rasio jumlah guru-murid atau agar membuka jurusan (bidang studi) baru juga bisa melahirkan stress lembaga pendidikan.

SOLUSI STRES

Beberapa langkah pengaturan (solusi) stres (managing stress) adalah menganalisa problem yang dihadapi, merencanakan alternatif-alternatif pemecahan, menerapkan perencanaan pemecahan, dan mengevaluasi penerapan pemecahan.

1. Analisis Problem
Pada tingkat individu maupun lembaga analisis ini mencoba melihat penyebab-penyebab stres dan bagaimana mengatasinya. Daftar penyebab stres perlu dibuat untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan penyebab stres. Dalam hal ini, seseorang perlu mengklasifikasi penyebab-penyebab tersebut menurut jenis stres (individu atau lembaga), prioritas penyebab stres (dari penyebab yang terbesar sampai terkecil), atau menurut faktor-faktor penyebab stres (intern atau ekstern). Daftar tersebut akan menunjukkan bahwa stres memang benar-benar dihadapi oleh sekolah maupun SDM di sekolah. Untuk membuat daftar tersebut, sekolah perlu menyiapkan angket yang dibagikan kepada seluruh personel di sekolah. Angket tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan mengungkap apakah SDM di sekolah menghadapi stres atau tidak.

2. Perencanaan Alternatif Pemecahan
Langkah awal dalam hal ini ialah mengadakan pertemuan para pimpinan lembaga, konselor, dan ahli psikologi. Pertemuan ini bertujuan untuk mendiskusikan gejala-gejala penyebab stres di sekolah yang didapat dari data angket yang telah diedarkan, berusaha menemukan stres yang benar-benar dihadapi di sekolah, dan brainstorming (urun rembug - kumpulkan ide) untuk mencari alternatif-alternatif solusi dari stres yang dihadapi.
Beberapa alternatif solusi stres antara lain mengurangi beban kerja yang terlalu banyak, mengurangi reaksi stres, meningkatkan kemampuan mengatur stres, dan merubah sikap. Dalam perencanaan kerja job description dan job distribution harus diberikan kepada staf sebelum bekerja. Dengan demikian dia mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dan seberapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Pembagian kerja harus memperhatikan waktu, jumlah pekerjaan, dan kemampuan staf. Hal ini akan memperlancar pekerjaan dan memberikan hasil yang optimal. Walaupun demikian, waktu dan jumlah pekerjaan yang terlalu banyak, yang melebihi batas kemampuan staf, bisa mendatangkan stres. Seorang pekerja harus menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu yang tidak mencukupi, ia harus melakukan pekerjaan dalam waktu yang terlalu lama, sehingga harus kerja lembur. Akibat dari hal tersebut adalah stres dan sakit. Oleh karena itu, untuk menghilangkan stress beban kerja harus dikurangi baik dalam hal waktu maupun jumlah pekerjaan. Hak istirahat bagi tubuh harus diberikan sepenuhnya. Selain itu, staf harus dibantu dalam perencanaan kerja agar dapat memprioritaskan pekerjaan yang lebih penting, sistem pendelegasian harus dijalankan (tidak setiap pekerjaan harus dilakukan oleh seorang pimpinan), dan langkah-langkah kerja tidak dibuat berbelit-belit sehingga memusingkan.
Pengurangan reaksi stres ialah pekerjaan yang efektif dan efisien serta bersifat preventif untuk menghilangkan stres. Pengurangan reaksi stres berarti usaha-usaha untuk mengindari penyebab-penyebab stres dan melakukan penyegaran serta relaksasi tubuh. Dalam hal ini hal-hal yang dapat dilakukan antara lain memperbanyak shalat dan dzikrullah, menghindari rokok (walaupun ada anggapan rokok sebagai penghilang stres), menolak minuman keras, melakukan relaksasi tubuh, melakukan olahraga secara rutin, memperoleh hiburan, mengembangkan hobi, meningkatkan diet makanan, dan sebagainya.
Solusi stres yang lain adalah meningkatkan kemampuan mengatur stres. Hal ini berarti staf dituntut untuk mengembangkan interpersonal skill (kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain), karena stres biasanya muncul dari hubungan dengan orang lain. Staf perlu memperhatikan perkataan dan perbuatan orang lain. Sense of unity dan sense of belonging to the organisastion harus dikembangkan sehingga tercipta suatu team work yang efektif dan efisien. Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan dalam pengaturan stres adalah menggunakan masa istirahat kerja untuk berbincang serta makan-minum bersama teman dan bangun lebih pagi sehingga tidak tergesa-gesa berangkat ke kantor.
Perubahan sikap ialah solusi lain untuk menghadapi stres. Hal yang perlu diperhatikan dalam solusi ini adalah bahwa manusia diberi dorongan untuk mengekspresikan ide dan perasaannya dengan bebas tanpa ada tekanan dan penghinaan yang dapat mendatangkan frustrasi. Dengan ekspresi atau mengeluarkan uneg-uneg (problem yang dihadapi), seseorang akan merasa lega dan berkurang stresnya. Perubahan sikap dari terlalu serius ke lebih santai, dari rasa sedih ke gembira, dari keras kepala ke rendah hati, dari sifat kaku ke moderat, dari rasa cemas (kawatir) ke rasa tenang, dari pesimis ke optimis merupakan daya dukung untuk menanggulangi stres.

3. Penerapan Perencanaan Pemecahan
Penerapan ini dilakukan untuk mengatasi stres. Dalam penerapan ini teknik dan strategi harus dipilih dan dilakukan dengan tepat agar mencapai tujuan. Beberapa kemungkinan yang harus dilakukan antara lain :
a. Menyediakan psikolog / psikiater pendidikan di sekolah untuk konsultasi
b. Konsultasi, penilaian, dan pengembangan staf
c. Mengadakan pelatihan-pelatihan ( misalnya job training ) untuk staf
d. Kunjungan antar sekolah untuk tukar-menukar pengalaman
e. Mengubah struktur organisasi, tanggung jawab, dan administrasi sekolah
f. Mengembangan kemampuan praktis seperti cara mengatasi stres
Dalam hal ini strategi yang dipakai harus mencakup secara makro, tidak secara kasus-per kasus, tidak secara mikro. Hal ini karena stres dapat mempengaruhi seluruh aspek kegiatan/pekerjaan yang besar. Prioritas yang tepat dan perencanaan yang matang harus benar-benar diperhatikan.

4. Evaluasi Penerapan
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui efektiftas dan efisiensi cara mengatasi stres, sehingga dapat diketahui apakah stres benar-benar bisa diatasi atau tidak. Evaluasi dilakukan pada tahapan waktu tertentu, misalnya setiap semester atau catur wulan. Dalam hal ini pimpinan sekolah dan staf yang ditunjuk sebagai perencana melihat kembali rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan penyebab serta tingkatan stres yang dihadapi staf atau siswa. Dengan demikian, staf atau siswa mana yang menghadapi stres dapat diketahui, dan kemudian disembuhkan dari stres. Selain untuk mengetahui tujuan tercapai atau tidak, evaluasi juga bermanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan mutu perencanaan dan kegiatan mendatang.
Untuk menghadapi masalah stres, rasa sabar harus dipegang dengan kuat. Allah berfirman dalam al-Quran, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah 2:153). “... maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Huud 11:49).
Selain itu, untuk meningkatkan kekebalan terhadap stres, seseorang perlu melakukan berbagai upaya seperti makan secara teratur (jangan terlambat), aturlah jadwal tidur dengan teratur (cukup tidur), olahraga secara rutin, menghindari rokok dan minuman keras, berat dan tinggi badan dibuat seimbang (perlu diatur), pergaulan sosial yang luas perlu dilakukan, aturlah waktu secara efektif dan efisien, sempatkan untuk berekreasi, aturlah keuangan agar tidak besar pasak dari pada tiang, terimalah dan berilah kasih sayang dengan teratur, dan akhirnya, harus berpegang teguh terhadap ajaran agama (jadikan agama sebagai darah daging atau jiwa).

Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN
http://muhstarvision.blogspot.com
|
This entry was posted on 17:16 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: