•23:08
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-33)
Jum’at, 16 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 3)

ISLAM PANDANGAN HIDUP (worldview Islam)

Dalam kajian grammar of English, istilah Islamic worldview (pandangan hidup Islam) disebut sebagai noun phrase (phrasa yang kata intinya – headword - adalah kata benda). Dalam phrasa Islamic worldview, kata benda worldview sebagai headword (kata inti), sedangkan kata Islamic sebagai adjective (kata sifat). Fungsi adjective yaitu menerangkan (mensifati) kata benda. Kata sifat dapat dipakai atau dapat dibuang, dapat diperbaiki atau dapat dirusak, dapat dibenarkan atau dapat disalahkan, dan kata sifat dapat diganti dengan sifat-sifat lain. Dalam phrasa Islamic worldview, Islamic civilization, Islamic education, Islamic culture, Islamic art, Islamic politics, Islamic economy, Islamic law, Islamic architecture, dan Islamic-islamic yang lain, kata Islamic hanya berfungsi sebagai kata sifat yang dapat dipakai, dibuang, diperbaiki, dirusak, dibenarkan, disalahkan, atau dapat diganti dengan sifat-sifat lain semau manusia. Sama halnya dalam bahasa Indonesia, kata Islam dalam ‘pandangan hidup Islam’, ‘peradaban Islam’, ‘pendidikan Islam’, ‘budaya Islam’, ‘seni Islam’, ‘politik Islam’, ‘ekonomi Islam’, ‘hukum Islam’, dan ‘arsitek Islam’, juga hanya berfungsi sebagai kata sifat, bukan sebagai kata inti atau bukan hal yang pokok. Dalam phrasa ‘baju putih’, kata ‘baju’ menjadi kata inti, sedangkan kata ‘putih’ hanya menjadi kata sifat yang dapat seenaknya diganti dengan sifat lain.

Dalam konotasi ini, Islam hanya sekedar ‘baju’, ‘perhiasan’, atau ‘model rambut’ yang dapat dibuang dan diganti oleh semau nafsu manusia. Islam tidak menempati posisi yang inti, yang pokok, dan yang strategis. Islam tidak menjadi ‘nyawa’ dan ‘darah daging’. Realitas kehidupan sosial masyarakat menunjukkan hal itu. Ekonomi Islam, misalnya, oleh kebanyakan manusia diganti dengan ekonomi kapitalis; Peradaban Islam diganti dengan peradaban barat; Budaya Islam diganti dengan budaya konsumerisme; Politik Islam diganti dengan politik demokrasi; Hukum Islam diganti dengan hukum adat; Arsitektur Islam diganti dengan arsitektur Arab; dan sebagainya. Islam diletakkan di belakang sebagai ‘ekor’, Islam tidak diletakkan di depan sebagai pemimpin.

Marilah kita jadikan Islam sebagai ‘nyawa’ (bukan ‘baju’ yang mudah diganti). Marilah kita letakkan Islam di depan sebagai pemimpin (bukan di belakang sebagai ‘ekor’). Marilah kita fungsikan Islam sebagai kata inti (headword), bukan sebagai kata sifat (adjective) yang mudah diubah. Oleh karena itu, sebagai upaya kecil dan sederhana, saya lebih cenderung dengan istilah Islam alamiah (natural Islam), Islam syari’ah (way of life Islam), Islam pandangan hidup (worldview Islam), Islam peradaban (civilization Islam), Islam pendidikan (education Islam), Islam kebudayaan (culture Islam), Islam seni (art Islam), Islam politik (politics Islam), Islam ekonomi (economy Islam), Islam hukum (law Islam), Islam arsitektur (architecture Islam), dan sebagainya. Tentunya, usaha awal dan sederhana ini – walau baru dalam istilah-istilah, harus dilanjutkan ke langkah kongkrit yang lebih besar dalam realitas kehidupan agar Islam itu dapat menjadi pemimpin di depan dan menjadi ‘nyawa’ yang menggerakkan seluruh sendi kehidupan.

Apa yang disebut dengan pandangan hidup (worldview) ? Thomas F Wall dalam bukunya Thinking Critically about Philosophical Problem: A Modern Introduction (2001:532) menyebutkan worldview sebagai "an integrated system of basic beliefs about the nature of yourself, reality, and the meaning of existence" (sistem kepercayaan dasar yang integral tentang diri kita, realitas, dan pengertian eksistensi).

Apa itu worldview Islam (Islam pandangan hidup) ? It is simply that "Islam memberi pelajaran kepada manusia bagaimana memandang kehidupan, bahkan melihat kehidupan yang ideal yang seharusnya". Mengapa hidup (why), untuk apa hidup (what for), hidup di bidang apa dan apa petunjuknya (what), bagaimana seharusnya hidup (how), siapa dan dengan siapa hidup (who and whom), di mana dan kapan hidup (where and when) adalah hal-hal yang diajarkan dalam worldview Islam.

Menurut Naquib al-Attas, pandangan hidup Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang menjelaskan tentang hakekat wujud. Menurut al-Mawdudi, pandangan hidup Islam dimulai dari konsep keesaan Tuhan (al-shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan di dunia. Menurut Atif al-Zayn, pandangan hidup Islam adalah aqidah fikriyyah, kepercayaan yang berdasarkan pada akal. Menurut Sayyid Qutb, pandangan hidup Islam adalah akumulasi keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim yang memberi gambaran tentang wujud dan apa-apa di balik itu.

Al-ustadz DR. H. Hamid Fahmi Zarkasyi (Direktur INSIST, putra pengasuh Pondok Pesantren Modern Gontor) menyatakan, "Pandangan hidup Islam adalah aqidah fikriyyah atau kepercayaan yang berdasarkan pada akal, yang asasnya adalah keesaan Tuhan (tawhid / shahadah), yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim dan berpengaruh terhadap pandangannya tentang keseluruhan aspek kehidupan terutamanya tentang realitas dan kebenaran".

Worldview Islam sebagai bangunan konsep meliputi konsep Tuhan, konsep kehidupan, konsep dunia, konsep manusia, konsep nilai, dan konsep ilmu. Dalam hal ini konsep Tuhan harus mewarnai atau menjiwai konsep-konsep yang lain. Konsep Tuhan harus menjadi nyawa (pusat) yang menggerakkan konsep-konsep lain. Dengan kata lain, untuk melihat konsep ilmu, nilai, manusia, dunia, dan kehidupan, manusia harus "meminjam kaca mata" Tuhan yang sebenarnya – yaitu Allah Rabbul-‘izzati. "Kaca mata" itu berupa ayat-ayat-Nya, baik ayat kitabiah (kitab suci-Nya) maupun ayat kauniah (alam semesta sebagai ciptaan-Nya). Jadi, semua konsep itu tidak dipandang dengan "kaca mata nafsu manusia", baik yang berupa rasionalisme, liberalisme, kapitalisme, materialisme, positivisme, komunisme, maupun isme-isme buatan manusia yang lain.

Tuhan yang sebenarnya, sebagaimana dalam al-Quran surat al-Ikhlas, yaitu Allah, mempunyai ciri-ciri Ahad (Esa), Shomad (Tempat Bergantung), Lam Yaalid (Tidak Melahirkan), Lam Yuulad (Tidak Dilahirkan), dan Lam Yakul-lahuu Kuffuwwan Ahad (Tidak Ada Satupun yang Menyamai-Nya). Ciri pertama dan terakhir merupakan ajaran tauhid (pengesaan Allah, keyakinan satu terhadap Allah) yang meliputi tauhid rubuubiyah, tauhid asma wa sifat, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluuhiyah.

Pandangan hidup apapun berpijak dan bersumber dari kepercayaan kepada Tuhan. Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah, diyakini sebagai sumber dan asal kehidupan, sebagai sumber moralitas tertinggi, sebagai penggerak kehidupan seluruh mahluk di dunia serta akhirat, dan sebagai titik akhir tujuan hidup, Ilmu dapat lebih dari apa yang sekedar bisa diamati (empirik), yaitu dapat menuju realitas yang lebih tinggi yakni alam supernatural.

Islam pandangan hidup tidak sekedar pandangan akal manusia terhadap dunia fisik dari sisi historis, sosial, politik dan budaya tetapi mencakup semua aspek hidup di dunia dan akhirat. Aspek dunia harus terkait erat dengan aspek akhirat, sedangkan aspek akhirat harus dijadikan sebagai tujuan akhir hidup yang abadi. Pandangan hidup berfungsi sebagai identitas peradaban. Dengan demikian, seorang muslim dikatakan hidup secara beradab jika dia menggunakan Islam sebagai pandangan hidupnya.
(to be continued)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com

|
This entry was posted on 23:08 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: