•23:25
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-32)
Jum’at, 9 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 2)

ISLAM SYARI’AH


Kata ‘Kristen’ merujuk pada tokoh person yang mengajarkannya (Jesus Christ), kata ‘Nasrani’ merujuk pada tempat kelahiran Yesus (Nazaret), kata ‘Hindu’ merujuk pada nama tempat - Hindustan di mana Hindu berkembang, kata ‘Budha’ merujuk pada julukan ‘bodh’ (sempurna) pada Sidharta Gautama, kata Kong Hu Cu merujuk pada filosof China – Kong Fu Tse, kata Yahudi merujuk pada nama bangsa – ‘Yahod’, lalu bagaimana dengan kata ‘Islam’? Kata ‘Islam’ TIDAK merujuk kepada seorang tokoh, julukan seseorang, nama tempat, atau suatu bangsa, tidak, tetapi Islam merujuk kepada makna yang ada di dalamnya yang bersifat alamiah-universal, secara kodrati (alamiah) sudah ada dan berlaku untuk semua (umum) - semua mahluk dan menembus seluruh dimensi ruang dan waktu, bahkan menembus dunia ghaib (baca PDF seri yang lalu). Islam TIDAK boleh diubah dengan istilah ‘agama arabian’, ‘arabisme’, ‘mohamadanism’, atau disebut ‘agama muhammadiyah’.

Manusia berislam kepada Allah tidak hanya dan tidak cukup hanya Islam alamiah, tetapi seluruh ummat manusia berislam juga harus dengan Islam syari’ah. Kata ‘syari’ah’ berarti ‘jalan’, yaitu jalan atau cara hidup (way of life). Islam syari’ah yaitu Islam mengajarkan apa (what), mengapa (why), bagaimana (how), kapan (when), dan di mana (where) seluruh isi alam, termasuk manusia, menjalani kehidupan. Selain itu juga, pertanyaan vital siapa (who), siapa yang menghidupkan manusia? Jawabannya Allah al-hayyul-qayyuum; Siapa yang dihidupkan oleh Allah? Jawabannya manusia, hewan, dan tumbuhan.

Allah berfirman (ayat kursi) yang artinya, “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS.
al-Baqarah
2:255).

When and where does human being live?
Jawabannya adalah dulu di rahim, sekarang di dunia, dam kelak di alam kubur dan akhirat. Pertanyaan berikutnya adalah what is real life? Seperti pernah ditanyakan oleh seorang jama’ah pengajian saya dalam bahasa Jawa, “Pak Muhtar, menopo ingkang dipun sebat kaliyan gesang ingkang sejatos? Sejatosipun gesang meniko menopo?” (Hidup yang sesungguhnya itu apa?) Kemudian saya menjawab, “gesang ingkang sejatos inggih meniko gesang miturut ingkang moho gesang dan gesangaken” (hidup yang sejati adalah hidup menurut yang Maha Hidup dan Menghidupkan). Siapa yang Maha Hidup dan Menghidupkan? Yaitu Allah yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kullii syai-in qadiir. Jika hidup hanya mengikuti kemauan nafsu manusia maka itulah hidup dalam kepalsuan.

Otak dikatakan hidup jika di tempatnya (dalam kepala) masih sadar berfungsi untuk berpikir dan sebagai pusat saraf. Jantung dikatakan hidup jika di tempatnya (dalam tubuh/dada) masih mampu mengatur sistem peredaran darah. Paru-paru dikatakan hidup jika di tempatnya (dalam tubuh/dada) masih mampu mengatur sistem pernafasan. Mulut dikatakan hidup jika di tempatnya (kepala bagian bawah) masih mampu bergerak-gerak untuk berbicara dan makan-minum; Dan sebagainya, manusia dikatan hidup jika seluruh anggota tubuhnya masih berfungsi secara normal (baik). Ingatlah! Bahwa seluruh anggota tubuh yang menjalankan fungsi masing-masing itu adalah mengikuti maunya Allah Sang Pencipta tubuh itu, BUKAN mengikuti pemakai tubuh (yaitu manusia). Hidup itu mengikuti maunya Allah, hidup itu mengalir di aliran taqdir-Nya (kehendak-Nya).

Setelah pertanyaan what is life? Masih ada pertanyaan yang memakai what, yaitu what is the purpose of life? Kebanyakan orang biasanya menjawab pertanyaan apa tujuan hidup adalah kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan, ketentraman, kedamaian, atau kerukunan. Biasanya orang menyatakan: tujuan makan-minum adalah kenyang-sehat-kuat, tujuan tidur adalah kesegaran-kesehatan, tujuan bekerja adalah memperoleh nafkah (uang), tujuan bisnis adalah cari untung (uang), tujuan olahraga adalah kesehatan, tujuan sekolah (studi) adalah cari ilmu-ijasah-gelar, tujuan lomba (pertandingan) adalah menang-juara-hadiah, dan sebagainya. Semua tujuan tersebut adalah manusiawi. Namun demikian, marilah semua tujuan tersebut disirami atau diwarnai dengan ridho Allah (the pleasure of Alla), yaitu kesehatan, kekuatan, kesegaran, nafkah, uang, ilmu, ijasah, hadiah, dsb-dsb., yang diridhoi oleh Allah ar-Rahmaan ar-Rahiim. Jadi, tujuan hidup itu adalah satu yaitu the pleasure of Allah.

Pertanyaan berikutnya adalah why, yang berkaitan dengan intention (niat). Mengapa hidup? Karena apa (niat apa) kita berbuat sesuatu? Sebagaimana pertanyaan mengapa hidup, pertanyaan mengapa mata melihat, mengapa telinga mendengar, mengapa mulut berbicara dan makan-minum, mengapa otak berpikir, mengapa kaki berjalan, mengapa jantung mengurusi peredaran darah, mengapa paru-paru mengurusi sistem pernafasan , mengapa hidung membau, dan mengapa-mengapa yang lain yang positif, mempunyai jawaban yang sama yaitu because of Allah, karena memang hanya Allah yang memerintah dan mengatur semua itu. Oleh karena itu, ketika kita melakukan apapun yang positif (tentunya) harus berniat karena Allah semata.

Dalam konteks positif tentu saja, pertanyaan why (sebagai langkah awal – niat hidup) harus dijawab dengan because of Allah dan pertanyaanwhat for (sebagai langkah akhir – tujuan hidup) harus dijawab dengan the pleasure of Allah. Antara kedua pertanyaan tersebut harus diisi dengan pertanyaan how, yaitu bagaimana cara/jalan hidup. Jawaban pertanyaan how adalah way of life according to Allah. Jawaban inilah sesungguhnya inti dari Islam syari’ah. Because of the commandment of Allah, the way of life in any aspect has to be accorded to the will of Allah, in order to get the pleasure of Allah.

Ajaran dalam lima rukun Islam merupakan Islam syari’ah. Fiqhun-nikah, fiqhus-siyasah, fiqhud-da’wah, fiqhut-tijarah, fiqhun-nisaa, dan fiqh lainnya yang sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya juga merupakan Islam syari’ah. Manusia hidup butuh sandang-pangan-papan adalah Islam alamiah, sedangkan cara halal untuk memenuhi kebutuhan itu dan membelanjakan secara halal pula adalah Islam syari’ah. Mulut untuk makan-minum adalah Islam alamiah, sedangkan makanan-minuman halaalan-thayyiban dan adab makan-minum cara Rasulullah saw adalah Islam syari’ah. Ketertarikan ke jenis kelamin lain adalah Islam alamiah, sedangkan tata cara menikah menurut Rasulullah saw adalah Islam syari’ah. Kaki untuk berjalan adalah Islam alamiah, sedangkan berjalan menuju tempat yang baik (menurut Allah) adalah Islam syari’ah. Otak untuk berpikir adalah Islam alamiah, sedangkan berpikir yang benar positif, kreatif, dan aktif adalah Islam syari’ah. Dsb-dsb. Islam syari’ah meliputi Islam pandangan hidup, Islam peradaban, Islam pendidikan, Islam budaya, Islam seni, Islam politik, Islam ekonomi, Islam hukum, Islam arsitektur, dan sebagainya.

Manusia harus masuk Islam secara utuh (kaffah – baca QS al-Baqarah 2:208), artinya 50% (Islam alamiah) ditambah 50% (Islam syari’ah). Manusia sama sekali tidak bermasalah dengan Islam alamiah, tetapi, sekali lagi tetapi, manusia sering (bahkan banyak/penuh) masalah dengan Islam syari’ah. Banyak manusia hidup tidak mengikuti syari’atulaah (jalan hidup menurut Allah) walaupun badan-tubuhnya berislam kepada Allah secara alamiah. Mereka mengikuti jalan hidupnya sendiri-sendiri (mengikuti nafsunya), apapun nama dan caranya. Jadi, mereka hanya mencapai 50% saja, atau mungkin 60%. Padahal dunia hewan telah totalitas 100% berislam kepada Allah, walaupun hanya secara alamiah, ya…ya…ya… karena dunia hewan tidak diberlakukan syari’ah, mereka tidak kenal halal-haram, benar-salah, boleh-tidak boleh. Manusia yang hanya mencapai 50%, artinya tidak bersyari’at menurut Allah berarti mereka itu “………ulaaika kal-an’aam bal hum adhal…..” (baca QS.al-A’raaf 7:179).
(to be continued)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com

|
This entry was posted on 23:25 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: