•23:39
Pengajian of Dearest Friday – PDF (seri ke-31)
Jum’at, 2 Januari 2009

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS "ISLAM"? (bagian 1)

ISLAM ALAMIAH

Islam itu apa sih? Islam adalah nama agama. Islam itu agama saya. Islam itu singkatan Isya’ Shubuh, Luhur, ‘Ashar, dan Maghrib. Islam itu lima rukun Islam – syahadat, shalat, puasa, zakat, haji. Pertanyaannya sederhana tetapi jawabannya bisa bermacam-macam dan sangat mendalam. Jawaban pertanyaan tersebut akan diuraikan “agak” detail dalam seri sekarang dan beberapa seri pengajian PDF ke depan, untuk mengawali tahun baru Hijriyah 1430 dan Masehi 2009. Kita perlu me-‘refresh’, me-‘revitalisasi’, dan me-‘rekonseptualisasi’ pemahaman kita tentang Islam. Apakah ‘Islam’ di pemahaman kita ‘hanya’ sekedar jawaban singkat di atas ? Namun demikian, hal ini bukan berarti karena tahun baru kemudian memperbaharui ‘Islam’, BUKAN, tetapi kita memperbaharui pemahaman kita, karena Islam memang sudah ada sejak Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan alam, jauh-jauh-jauh sebelum manusia pertama Adam diciptakan.

Kata ‘Islam’ memang, atas kehendak Allah, berasal dari bahasa Arab. Kata ini tidak bisa dilepaskan dengan kata ‘ad-diin’ (juga bahasa Arab). Secara etimologis kata ad-diin berarti (an-Nahlawi, 1995:22-23) :

  1. Hukum, perintah, otoritas, dan kekuasaan
  2. Peribadatan, pengabdian, ketaatan, dan ketundukan kepada kekuasaan dan dominasi tertentu
  3. Agama, madzhab, tradisi, jalan, undang-undang, hukum, dan taklid.
  4. Pembalasan, imbalan, perhitungan, dan pemenuhan

Dari keempat makna tersebut, pada umumnya Islam hanya diartikan dengan arti nomor tiga, khususnya agama. Hal ini merupakan arti yang sempit, karena agama (bahasa Indonesia) atau religion (bahasa Inggris) dikonotasikan hanya kepada Tuhan, ibadah ritual, tempat ibadah, surga, neraka, kitab suci, dan nabi/rasul. Jadi, agama dipandang dengan hal-hal yang ghaib, tidak/kurang menyentuh hal-hal yang kongkrit dan keduniaan. Agama dipandang tidak berhubungan dengan politik, ekonomi, pendidikan, dan hukum, bahkan agama dianggap sebagai bagian dari kebudayaan. Hal tersebut merupakan pandangan tentang ad-diin yang sangat sempit.


Dalam bukunya yang berjudul “Filsafat, Ilmu dan Agama”, Endang Syaifudin Anshari menjelaskan tentang istilah “agama”, “religion”, dan “ad-diin”. Dari berbagai sumber kamus untuk mengkaji secara etimologis dia menemukan makna kata “ad-diin” tidak kurang dari 12 (dua belas) makna, seperti, “agama, adat kebiasaan, tradisi, watak/sifat, hukum/aturan, nasehat, hutang, janji, peribadatan/ketaatan, ketauhidan, balasan/imbalan, perhitungan.

Kata ‘Islam’ berasal dari kata aslama yang berarti menyerahkan diri (tunduk, patuh), yaitu aslama (fi’il maadhi – verb past – menyerahkan diri/to submit ) – yuslimu (fi’il mudhoori’ – verb present and future - menyerahkan diri/to submit ) – islaaman (mashdar – gerund – penyerahan diri/submission). Kata ‘Islam’ juga berasal dari kata salima yang berarti selamat.


Kata Islam adalah sikap tunduk, patuh, menyerahkan diri kepada Allah, Sang Pencipta alam, sehingga selamat di dunia dan akhirat. Pengertian ini berlaku untuk semua mahluk, tidak hanya manusia. Hal ini dinyatakan dalam sebuah ayat di al-Quran yang memuat kata aslama (menyerahkan diri). Ayat tersebut adalah, yang artinya, “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”(QS al-Imran 3:83).


Dengan kata lain, apakah kita akan mencari agama selain Islam (agama yang diridloi Allah), padahal seluruh isi alam jagat raya ini telah berislam kepada Allah. Allah menciptakan bumi dengan ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan) yaitu bulat, gravitasi, gerakan rotasi, dan gerakan revolusi. Bumi menyerahkan dirinya (ber-aslama, berislam) untuk tunduk-patuh kepada keinginan Allah itu, jadi bumi berislam kepada Allah dengan bulat – gravitasi – rotasi – revolusi (dengan ad-diinul-Islam-nya itu). Matahari berislam kepada Allah dengan bulat, rotasi, revolusi, energi panas, dan dengan pancaran sinarnya ke bumi. Api berislam kepada Allah dengan panasnya (dengan ad-diin-nya, panas merupakan ad-diinul-Islam untuk api). Es berislam kepada Allah dengan dinginnya (dengan ad-diin-nya, dingin merupakan ad-diinul-Islam untuk es). Lautan berislam kepada Allah dengan deru ombaknya (dengan ad-diin-nya, deru ombak merupakan ad-diinul-Islam untuk lautan). Burung-burung berislam kepada Allah dengan kepakan sayapnya ketika terbang (dengan ad-diin-nya, kepakan sayap merupakan ad-diinul-Islam untuk burung). Garam berislam kepada Allah dengan asinnya (dengan ad-diin-nya, asin merupakan ad-diinul-Islam untuk garam). Air berislam kepada Allah dengan cara memuai jika dipanaskan dan mengalir mengikuti gravitasi bumi (memuai jika dipanaskan dan mengalir mengikuti gravitasi merupakan ad-diinul-Islam untuk air). Dan sebagainya – dan seterusnya.


Bagaimana manusia berislam kepada Allah ? Allah menciptakaan manusia dengan ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan) yaitu struktur bagian tubuh, tata letak bagian tubuh, fungsi bagian tubuh, dan seluruh sistem yang ada di tubuh (system syaraf, pernafasan, pencernaan, perederan darah, otot, tulang eskresi/sekresi, hormone, dan sebagainya). Tubuh manusia menyerahkan dirinya (ber-aslama, berislam) untuk tunduk-patuh kepada keinginan dan ketentuan atau aturan Allah Sang Pencipta. So, mata manusia berislam kepada Allah dengan melihat, telinga berislam dengan mendengar, mulut berislam dengan bicara/makan-minum, hidung dengan membau, kaki dengan berjalan, otak dengan berpikir, jantung dengan mengurusi sistem peredaran darah, paru-paru dengan mengurusi sistem pernafasan, tulang dengan menopang tubuh, dan sebagainya.


Jadi, alam semesta ini muslim, yaitu subyek yang menyerahkan dirinya (aslama) untuk tunduk patuh kepada Sang Pencipta alam. Alam (termasuk di dalamnya manusia) mempunyai ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan), kemudian dengan ad-diin itu alam bersikap menyerahkan diri (aslama, berislam) kepada Allah al-Khaliq. So, ….. walahuu aslama man fis-samaawaati wal-ardh thau’an wa karha wa ilaihi yurja’uun (QS. al-Imraan 3:83). Itulah Islam alamiah, apa saja yang di alam semesta ini telah berislam kepada Allah ‘Azza wa Jallaa.


Manusia berislam kepada Allah tidak hanya dan tidak cukup hanya Islam alamiah, tetapi seluruh ummat manusia berislam juga harus dengan Islam syari’ah. Apa itu Islam syari’ah? Ikuti jawabannya pada Pengajian PDF seri Jum’at mendatang, Insya Allah.

(to be continued)


Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Penulis:
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies, University of Sheffield UK
http://muhstarvision.blogspot.com

|
This entry was posted on 23:39 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: